Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

Sunday, November 14, 2010

LSPOP, Enos, dan Gayus





jam sembilan aku dan Enos pergi dari kantor ke percetakan karena LSPOP di kantor abis, sebelomnya ga ada apa-apa dan kami juga happy-happy aja. sampe terjadi pembicaraan itu, antara aku, Enos, dan abang-abang di dekstop cetak (AADC) yang mukanya penuh bopeng dan berkerut-kerut dengan piercing palsu dari kertas aluminium foil bekas kondom rokok jisamsu super premium. Waktu itu di percetakan...


aku : berapa, Nos, enam rim ya?

Enos : tiga ribu...

aku : bang, cetak tiga ribu lembar bisa?
(sambil nyodorin contoh LSPOP)

AADC : bisa.

aku : tapi besok diambil.

AADC : jangan besok, lusa lah...

aku : ok, lusa.



udah deal, aku sama Enos balik ke kantor. tapi belom sempet keluar dari percetakan itu dari dalem ada yang tereak...

AADC : gayus...

Enos : KON**L lah!!!

aku : udah lah, Nos, ah...


aku tarik Enos yang tadi sempet merah padam mukanya sebelom terucap "kata cinta" yang lainnya dan si abang-abang jadi korban pelampiasan kebejatan Enos. *eh. ternyata selain cacat-mental, Enos juga temperamental. :P

sabar ya, Nos... ^^

[setelah sarapan di salah satu percetakan, Subulussalam 15 November 2010]

Saturday, July 10, 2010

Sejarah Raja-Raja Jawa


I. Para Raja Kraton MATARAM HINDU :
1. Sri Maharaja Rakai Ratu Sanjaya (730-760)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780)
3. Sri Maharaja Rakai Pananggalan (780-800)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-856)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899)
9. Sri Maharaja Rakai Watukumara Dyah Balitung (899-915)
10. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915-919)
11. Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong (919-921)
12. Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa (921-928)

II. Para Raja Kraton MATARAM BUDHA :
1. Samaratungga ; dari Dinasti Syailendra (berasal dari India)
Candi Borobudur, Pawon, Mendut, Sewu tahun 778
2. Pramodha Wardhani (Sri Kahulunan) ; puteri dari Samaratungga
3. Balaputra Dewa ; putera dari Samaratungga ; adik dari Pramodha Wardhani

III. Para Raja Kraton MEDANG :
1. Prabu Dewata Cengkar
2. Ajisaka
3. Sri Maharaja Rakai Empu Sindok (929 – 947 )
memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)
4. Sri Isyanatunggawijaya (947 – 9xx )
5. Makutawangsawardhana (9xx – 985)
6. Prabu Dharmawangsa Teguh (991 – 1007)

IV. Para Raja Kraton KAHURIPAN :
1. Airlangga ; menantu Dharmawangsa Teguh (1019 – 1042)
Putera dari Dharma Udayana Warmadewa, Raja Bali
2. Prabu Samara Wijaya ; putera Airlangga
3. Wibawa Pertapan Sakti Dewi Kili Suci
(Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri)
(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala)

V. Para Raja Kraton KEDIRI DHAHA :
1. Prabu Warsajaya (1104 – 1135)
2. Prabu Jayabaya (1135 – 1157)
3. Prabu Sarweswara (1159 – 1161)
4. Prabu Kroncharyadhipa (1181 – 1182)
5. Prabu Kameswara (1182 – 1185)
6. Prabu Srengga Kertajaya (1194 – 1205)
7. Prabu Kertajaya (1205 – 1222)
8. Prabu Jayakatwang (1292 – 1293)

VI. Para Raja Kraton SINGOSARI :
1. Ken Arok (Rajasa Amurwe Bumi) (1222 – 1247)
2. Panji Anengah Anusapati (1247 – 1248)
3. Panji Tohjaya (1248)
4. Prabu Wisnuwardhana Rangga Wuni (1248 – 1266)
5. Prabu Kertanegara Syiwa Budha (1266 – 1292)

VII. Para Raja Kraton MAJAPAHIT :
1. Prabu Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya) (1293 – 1309)
2. Prabu Jayanegara (Raden Kalagemet) (1309 – 1328)
3. Prabu Tri Bhuwana Tungga Dewi & Cakradhara (1328 – 1350)
4. Prabu Hayam Wuruk Prabu Rajasa Negara (1350 – 1389)
5. R.Kusuma Wardani putri Hayam Wuruk dan R. Wikramawardhana (1389 – 1400)
6. Dewi Suhita putri R.Wikramawardhana dari selir.
Perang Paregreg, antara Suhita dengan Bre Wirabumi
di Blambangan, putra Hayam Wuruk (1400 – 1447)
7. Prabu Kertawijaya adik Dewi Suhita (Brawijaya I) (1447 – 1451)
8. Prabu Rajasa Wardana (Brawijaya II) (1451 – 1453)
9. Kosong (1453 – 1456)
10. Prabu Purwawisesa (Brawijaya III) (1456 – 1466)
11. Prabu Pandhanalas (Brawijaya IV) (1466 – 1468)
12. Prabu Bre Kertabumi (Brawijaya V) (1468 – 1546)

VIII. Para Raja Kraton DEMAK BINTARA :
1. Raden Patah Syah Alam Akbar I (1478 – 1518)
2. Sultan Pati Unus Bintara II (1518 – 1521)
3. Sultan Trenggana Bintara III (1521 – 1546)
4. Sunan Prawoto (1546 – 1549)

IX. Para Raja Kraton PAJANG :
1. Sultan Hadiwijaya Jaka Tingkir (1550 – 1582)
2. Pangeran Pangiri R.Ngawantipura (1582 – 1584)
3. Sultan Prabuwijoyo (Benawa) (1584 – 1586)

X. Para Raja Kraton MATARAM :
1. Panembahan Senopati R.Danang Sutawijaya (1586 – 1601)
2. Sultan Hadi Hanyokrowati (RM.Jolang) (1601 – 1613)
3. Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo
R.M. Jatmika Pangeran Rangsang (1613 – 1645)
5. Sultan Hamangkurat Agung R.M. Sayidin
(Perang Trunojoyo) (1645 – 1660)

XI. Para Raja Kraton KARTASURA :
1. Pangeran Puger R.M.Darajat Jumeneng Sultan Ngalaga,
Perang melawan Trunajaya hingga gugur (1665)
2. Sultan Hamangkurat Amral R.M.Rahmat (1677 – 1703)
3. Sultan Hamangkurat Kencet R.M.Sutikno (1703 – 1705)
4. Sunan Puger Paku Buwono I . Darajat (1705 – 1719)
5. Sultan Hamangkurat Jawa R.M.Suryoputro (1719 – 1727)
6. Sunan Paku Buwono II
R.M. Probosuyoso. terjadi Perang Cina (1727 – 1745)
(menyingkir ke Ponorogo karena Kartosuro diserbu para pemberontak,
kemudian mendirikan Surokarto)

XII. Para Raja Kraton SURAKARTA :
1. Sunan Paku Buwana II Probosuyoso (1745 – 1749)
2. Susuhunan Paku Buwana III R.M.G. Suryadi (1749 – 1788)
3. Susuhunan Paku Buwana IV R.M.G. Subadya (1788 – 1820)
4. Susuhunan Paku Buwana V B.M.G. Sugandi (1820 – 1823)
5. Susuhunan Paku Buwana VI G.R.M. Sapardan (1823 – 1830)
6. Susuhunan Paku Buwana VII R.M.G. Malikis Solikin ;
Mboten nurunaken Nata / tidak menurunkan Raja (1830 – 1858)
7. Susuhunan Paku Buwana VIII
G.R.M. Kusen, Putra PB IV (1858 – 1861)
8. Susuhunan Paku Buwana IX
R.M.G. Duksina, Putra PB VI (1861 – 1893)
9. Hingkang Minulya Saha Wicaksana PB X
R.M.G. Malikul Kusno (1893 – 1939)
10. Susuhunan Paku Buwana XI
G. R.M. Ontoseno. Jaman JAPAN (1939 – 1945)
11. Susuhunan Paku Buwana XII
R.M.G. Suryoguritno; Republik Indonesia (1945 – 2004)
12. Gelar Pakubuwono XIII (2004 – sekarang)
(diklaim oleh dua orang, Pangeran Hangabehi & Pangeran Tejowulan)

XIII. Para Raja Kasultanan YOGYAKARTA :
Hamengkubuwana atau Hamengkubuwono atau Hamengku Buwono atau lengkapnya Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalogo Ngabdurahman Sayiddin Panotogomo Khalifatullah adalah gelar bagi raja Kesultanan Yogyakarta sebagai penerus Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Dinasti Hamengkubuwana tercatat sebagai dinasti yang gigih memperjuangkan kemerdekaan pada masa masing-masing, antara lain Hamengkubuwana I atau nama mudanya Pangeran Mangkubumi, kemudian penerusnya yang salah satunya adalah ayah dari Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro, yaitu Hamengkubuwana III. Sri Sultan Hamengkubuwana IX pernah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia yang kedua.
Yang bertahta saat ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Daftar Sultan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat :
1. Sri Sultan Hamengkubuwono I 13 Februari 1755 s/d 24 Maret 1792
2. Sri Sultan Hamengkubuwono II 2 April 1792 s/d akhir 1810, periode I
3. Sri Sultan Hamengkubuwono III akhir 1810 s/d akhir 1811, periode I
4. Sri Sultan Hamengkubuwono II akhir 1811 s/d 20 Juni 1812, periode II
5. Sri Sultan Hamengkubuwono III 29 Juni 1812 s/d 3 November 1814, periode II
6. Sri Sultan Hamengkubuwono IV 9 November 1814 s/d 6 Desember 1823
7. Sri Sultan Hamengkubuwono V 19 Desember 1823 s/d 17 Agustus 1826, periode I
8. Sri Sultan Hamengkubuwono II 17 Agustus 1826 s/d 2 Januari 1828, periode III
9. Sri Sultan Hamengkubuwono V 17 Januari 1828 s/d 5 Juni 1855, periode II
10. Sri Sultan Hamengkubuwono VI 5 Juli 1855 s/d 20 Juli 1877
11. Sri Sultan Hamengkubuwono VII 22 Desember 1877 s/d 29 Januari 1921
12. Sri Sultan Hamengkubuwono VIII 8 Februari 1921 s/d 22 Oktober 1939
13. Sri Sultan Hamengkubuwono IX 18 Maret 1940 s/d 2 Oktober 1988
14. Sri Sultan Hamengkubuwono X 7 Maret 1989 – sekarang

XIV. Praja Mangkunegaran di Surokarto :
1. Mangkunagara I (Raden Mas Said) (1757 - 1795)
2. Mangkunagara II (1796 - 1835)
3. Mangkunagara III (1835 - 1853)
4. Mangkunagara IV (1853 - 1881)
5. Mangkunagara V (1881 - 1896)
6. Mangkunagara VI (1896 - 1916)
7. Mangkunagara VII (1916 -1944)
8. Mangkunagara VIII (1944 - 1987)
9. Mangkunagara IX (1987 - sekarang)

XV. Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta :
1. Paku Alam I (1813 - 1829)
2. Paku Alam II (1829 - 1858)
3. Paku Alam III (1858 - 1864)
4. Paku Alam IV (1864 - 1878)
5. Paku Alam V (1878 - 1900)
6. Paku Alam VI (1901 - 1902)
7. Paku Alam VII (1903 - 1938)
8. Paku Alam VIII (1938 - 1998)
9. Paku Alam IX (1998 - sekarang)


source: Catatan Kanjeng Raden Prasena

Monday, June 21, 2010

GTT Abdi Sekolah Minim Upah


November 2007 Gelar A.Ma berhasil sy raih setelah bersua dengan dosen, bergelut dengan buku, bercumbu dengan kampus, dan menimba ilmu selama 4 semester di Prodi Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Keinginan untuk menjadi guru di kota besar harus dikubur dalam-dalam karena dipanggil "emak" untuk pulang kampung. Meskipun demikian semangat dan cita-cita untuk menjadi Guru SD tak kendur sedikit pun.

Di kampung halaman satu demi satu pintu gerbang SD sy masuki kemudian menyodorkan lamaran untuk menjadi GTT (Guru Tidak Tetap) kepada Kepala Sekolah. Berulangkali kata "Maaf Mas", "Sepuntene Mas", "Wah mriki GTT ne sampun katah e Mas", terus meluncur deras dari mulut kepala sekolah yang sy jumpai. Dengan langkah gontai perjuangan untuk mendapatkan SD terus sy lakukan, sy terus bergerilya, bergerak kesana kemari hingga akhirnya kabar burung menerbangkan sy ke salah satu SD. Akhirnya aliran keringat dan semangat tak kenal "malu" bermuara di SD ini.

Nah sekarang sy sudah resmi menyandang gelar GTT. Sejuta harapan pun muncul, ingin mengajar dan mempraktikkan teori yang diperoleh di bangku kuliah. Tapi apa mau dikata ternyata SD sy ini tdk membutuhkan guru kelas krn guru kelas sudah lengkap akhirnya sy didapuk menjadi guru olahraga, tukang ketik, tukang nulis surat masuk&keluar, kurir, tukang fotocopy, bahkan tak jarang jadi tukang ojek bagi ibu-ibu yang tidak bisa naik kuda besi, bahkan membeli sayur dan mengantar ke pasar pun jadi tugas tambahan. Wah sungguh tugas yang luar biasa. Dengan gaji 150 ribu rasanya sy tidak betah untuk melanjutkan jabatan GTT ini. Tapi sekali lagi semangat dan cita-cita menjadi guru plus harapan menjadi PNS membuat sy bertahan.

Setelah hampir setahun tugas bertambah menjadi guru bahasa inggris. Sebenarnya sy sangat menyukainya karena sejak kls 1 SMP sy memang bercita-cita jadi guru bhs inggris sayangnya setelah diterima di Prodi Pend. Guru Bhs Inggir FBS Universitas Negeri Semarang melalui jalur PMDK bapak menolak karena alasan kuliahnya terlalu lama sehingga akirnya sy berubah haluan, mempelajari disiplin ilmu untuk menjadi guru SD. Tapi sekali lagi tugas ini juga kurang nyaman sy jalani karena tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang sy "kantongi".

Semakin hari jabatan sebagai GTT semakin bertambah banyak dan bertambah berat saja disandang meskipun sekarang gaji sudah dinaikkan menjadi 200 ribu. Bagaimana tidak GTT tidak pernah dihargai selalu dipandang sebelah mata baik oleh rekan-rekan kerja, pengawas apalagi para pejabat dinas pendidikan kelas atas. GTT hanya diberdayakan sekolah sebagai tenaga kerja murah. Terus saja pikiran dan tenaganya diperas bagaikan sapi perah untuk mengerjakan hal-hal yang sudah sy sampaikan di atas dengan penghasilan yang sangat tidak layak karena kalah dengan buruh cuci, tukang becak, atau pemulung sekali pun. Penderitaan inilah yang dialami oleh para GTT di seluruh Indonesia. memang sial benar nasib GTT menjadi ABDI SEKOLAH MINIM UPAH, merasa ABDI NEGARA NAMUN DIPANDANG SEBELAH MATA.

Kenyataan inilah yang membuat sebagian teman-teman GTT MENGAMBIL JALAN PINTAS, menggunakan CARA CEPAT UNTUK JADI PNS yaitu dengan melakukan KKN dengan para pejabat dan birokrat penguasa agar "DILULUSKAN" dalam seleksi CPNS. Puluhan juta pun rela digelontorkan demi meraih keinginan dan lepas dari penderitaan sebagai GTT. Kalau sudah begini apa bisa kita katakan guru bermutu? Jadi percuma saja diadakan diklat, pelatihan, seminar dan upaya-upaya peningkatan kemampuan guru kalau Guru-guru di Indonesia masih kualitas “SUAP”.

Ya inilah kisah nyata yang terjadi di dunia “per-GURU-an”di negeri tercinta ini permasalah GTT yang diperlakukan tidak selayaknya, padahal mereka para pemuda yang potensial berbekal semangat dan pembaharuan. Ditambah lagi “GURU KUALITAS SUAP” wajar saja kalau pendidikan di Indonesia kini kalah jauh dengan negara-negara tetangga yang dahulu kala mengimpor guru-guru dari Indonesia.

Ditulis Oleh: Agung Priyono, A. Ma
(Seorang GTT)
source

Wednesday, April 7, 2010

DPR Juga Mesti Out Source!!!

Kata Pegawai Pajak: “Wakil Rakyat yang Terhormat, Please Deh Ah”

“Apabila suara-suara kalian hanya menggembosi dan menghambat perubahan ke arah yang lebih baik, maka diamnya kalian adalah sedekah bagi kami untuk melanjutkan reformasi ini”

Mendengar, melihat dan membaca berbagai pendapat para wakil rakyat yang terhormat, sang suara rakyat, saya betul-betul miris. Kok bisa sih ada komentar-komentar yang mencerminkan “kekosongan” dari kata-kata sebagian wakil rakyat tersebut.

Saya percaya, masih banyak wakil rakyat yang cerdas dan memiliki idealisme yang kuat dan benar-benar tulus ikhlas bekerja untuk rakyat. Karena tulus dan ikhlas saja tidak cukup, harus ada ilmu yang mendasarinya. Tanpanya, ketulusan dan keikhlasan tak ada gunanya, hanya bermanfaat bagi dirinya dan sekian orang saja. Apalagi, sudah ga tulus dan ikhlas, hanya sekedar mencari popularitas, tidak cerdas pula! Apa jadinya dengan negara ini?

Saya ingin menanggapi berbagai omongan dari sekian wakil rakyat tersebut yang terkesan “lucu”, kok bisa beberapa komentar dan “saran” tersebut keluar dari anggota dewan yang terhormat.

Satu, tentang “ancaman” dari DPR untuk mengganti peran dirjen pajak sementara dengan tenaga outsourcing.

Please deh ah, masak bapak yang satu ini ga bisa berpikir jauh ke depan sih. Apa dengan keputusan yang revolusioner ini akan ad perubahan yang signifikan. Begini lho maksud dengan “berpikir ke depan”:

Sekedar informasi, ada 33.000an pegawai pajak yang sudah senior maupun baru yang bekerja di DJP. Dari sekian tersebut, kebanyakan pegawai baru berasal dari STAN.

Okey, untuk yang mudahnya kita masuki tentang bagaimana pendidikan pegawai baru. Yang sudah senior kita abaikan dulu. Yang sudah senior insyaAlloh sudah paham tentang pajak. Lha wong sekian tahun kerjanya urusan ama pajak kok, masak pada ga tau tentang pajak.

Okey, pegawai yang baru kebanyakan berasal dari STAN, dari lulusan D1, D3 dan D4. Untuk di tahun 2008 hingga sekarang, sudah tidak ada penerimaan dari D1 lagi. Jadi yang mayoritas adalah penerimaan dari D3 dan D4.

Meski “hanya” diploma, lulusan STAN tersaring amat ketat, rasio penyimpangan sangat jarang terjadi. Dari 88.000an pendaftar hanya diterima sekitar 1800an sampai dengan 2400an mahasiswa.

Tidak ada kolusi, korupsi dan nepotisme di penerimaan STAN. Anak jendral ato menteri kalau emang ga mampu lulus ujian saringan masuk, yaaa tetep aja nggak bisa kuliah di sini. Kuliah sangat ketat, namun tidak ada semi militerisme seperti di IPDN. Peraturan yang ada menyebutkan bahwa SEKALI mahasiswa ketahuan mencontek, langsung kena DO. Pulang kampung.

Kok malah jadi kek narsis… Okey yah. Yang di sini cuman contoh buat nge-gampangin pertanyaan-pertanyaan di bawah. No offense yah buat yang merasa bukan lulusan STAN yang ga dimasukin dalam contoh.

Okey, pertanyaannya adalah:

“Bagaimana DPR memenuhi tenaga-tenaga baru tersebut (dengan kualitas yang sama dengan STAN) dari kalangan outsourcing?”

“Bagaimana pelatihannya, mengingat dari tenaga di atas memerlukan waktu 3 sampai 5 tahun masa pendidikan di kampus STAN” (Harus paham dan tahu tentang “sedikit” ilmu keuangan, “sedikit” akuntansi dan tentunya “sedikit” tahu tentang pajak lhooo..)

dan yang paling krusial: “BAGAIMANA MEKANISME KONTROL TENTANG KERAHASIAAN NEGARA DI TENAGA OUTSOURCING?”

Ibaratnya saya juga mengajukan usul: “BAGAIMANA KALAU DPR DIGANTI DENGAN TENAGA OUTSOURCING SAJA?”

Lantas berbagai argumen yang mungkin bapak keluarkan beberapa akan sama dengan alasan yang saya kemukakan di atas.

Please deh ah pak, itu hanya sekilas lho. Masih banyak hal-hal yang lebih rumit yang jauh terpikirkan oleh pegawai rendahan seperti saya lho. Belum yang dipikirkan tenaga ahli kami yang dari lulusan S2 dan S3 dari luar negeri lho.

Kedua, DPR memaksa tingkatkan kepatuhan pembayaran pajak.

Wahai rakyat Indonesia, jika tarif pajak naik, tolong, jangan salahkan kami. Kami hanya mengikuti wakil-wakil rakyat yang anda pilih. Mereka memaksa kami. Bukan maksud kami untuk memaksa, namun wakil-wakil yang anda pilihlah yang memaksa anda melalui tangan kami.

Rumit pakdhe kalau tentang berbagai kebijakan fiskal dan moneter. Ga cuman asal bunyi langsung bisa terlaksana. Ada ilmu dan berbagai pertimbangan yang harus dipenuhi dalam menentukan kebijakan fiskal.

Ah, yang ini saya ga terlalu ngerti. Ilmu saya masih cetek. Takut salah ngomong ah… eh takut salah tulis ding… mending baca tulisan ini yah kalau pengen mengerti tentang salah satu kebijakan fiskal.

Tiga, reformasi birokrasi yang belum berhasil.

He he he… saya ndak mau ah komen soal ini. Soalnya kebanyakan pembaca sudah bisa menebak khan apa maksud saya nulis pernyataan ke 3 ini.

Ini buktinya dari DJP…

Lha dari DPR atau DPRD?????

Ibarat gajah di seberang lautan nampak, kuman di pelupuk mata tak nampak… Btw, kebalik ga peribahasanya?

Empat, “Pemungutan pajak mending ga langsung, buat menimalisir persinggungan WP dan petugas pajak” (–> sumber Tipi On, ga ada rekam jejak internetnya, lupa pula nama anggota dewan yang terhormatnya siapa)

Pertanyaannya: “Om, sampeyan kemane aja selama ini? Udah pernah bayar pajak belum?”

Keknya ketahuan deh jawabannya apa. Lha bayar pajak itu khan di kantor pos atau di bank. Ga ada pemungutan lewat kantor pajak, apalagi lewat pegawai pajak. Kalaupun ada yang lewat pegawai pajak, nah itu baru ada penyimpangan. Perlu disidik tuh siapa oknumnya.

Lima, usul yang puaaaaliiiing keren dan sangat-sangat-sangat cerdas!!!!! Pegawe pajak perlu sumpah pocong cuy!!!

Terus terang…. Saya ketawa dulu yah…. Sekaligus buat penutup di tulisan ini…..

qeqeqeqeqeqeqeqeqeqe….




Hanung Teguh Martanto
Account Representative Sie Pengawasan dan Konsultasi 3 KPP Pratama Banda Aceh


sumber


hahahaha,
bisa aja Mas Hanung...
tapi boleh juga tuh kalo DPR pake out source,
jadi kita tender-kan biar gajinya bisa ditekan sekecil mungkin!

Tuesday, March 23, 2010

Omed-Omedan Bali



DENPASAR, TRIBUN-TIMUR.COM -- Sehari pascanyepi, ada sebuah tradisi unik yang selalu digelar pemuda-pemudi Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar yakni omed-omedan atau ciuman massal antara pemuda pemudi desa sebagai wujud kebahagiaan di hari ngembak geni. Peserta omed-omedan adalah sekaa teruna-teruni atau pemuda-pemudi mulai dari umur 17 tahun hingga 30 tahun atau yang sudah menginjak dewasa namun belum menikah.

Dalam Kamus Bali-Indonesia, omed-omedan berarti tarik menarik. "Omed-omedan adalah budaya leluhur yang sampai saat ini terus kita lestarikan," ujar I Putu Wiranata Jaya, ketua panitia. Pernah suatu waktu omed-omedan tidak dilaksanakan dan muncul musibah yang ditandai dengan perangnya 2 ekor babi di Banjar Kaja. Kemudian para sesepuh desa memutuskan untuk langsung menggelar prosesi omed-omedan untuk menjauhkan desa dari bencana yang lebih besar.

Prosesi omed-omedan dimulai dengan persembahyangan bersama antar peserta omed-omedan di pura banjar memohon keselamatan dan kelancaran selama berlangsungnya acara. Usai sembahyang, peserta dibagi 2 kelompok, pria dan wanita. Sekitar 50 pemuda berhadapan dengan 50 pemudi. Setelah ada aba-aba dari para sesepuh desa, kedua kelompok saling bertemu satu sama lain dan peserta terdepan saling berciuman di depan ribuan penonton yang memadati sekitar lokasi omed-omedan.

Prosesi tersebut dilakukan secara bergantian dan setiap peserta pria maupun wanita menunjuk salah seorang rekan mereka untuk beradu ciuman di barisan terdepan.






sumber


hehehe, apapun pendapat temen-temen tentang ini yang pasti menurut gw tradisi ini adalah produk budaya warisan nenek moyang yang menjadi hutang kita buat melestarikan, nyesel pas Nyepi kemaren lagi bokek n' sibuk banget jadi ga ke Bali... T_T

Sunday, March 21, 2010

Two Is Better Than One (a song by Boys Like Girls ft Taylor Swift)


I remember what you wore on the first day
You came into my life and I thought
"Hey, you know, this could be something"
'Cause everything you do and words you say
You know that it all takes my breath away
And now I'm left with nothing

So maybe it's true
That I can't live without you
And maybe two is better than one
But there's so much time
To figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one

I remember every look upon your face
The way you roll your eyes
The way you taste
You make it hard for breathing
'Cause when I close my eyes and drift away
I think of you and everything's okay
I'm finally now believing

That maybe it's true
That I can't live without you
And maybe two is better than one
But there's so much time
To figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one


I remember what you wore on the first day
You came into my life and I thought,

Hey, maybe it's true
That I can't live without you
Maybe two is better than one
But there's so much time
To figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking
I can't live without you
'Cause, baby, two is better than one
But there's so much time
To figure out the rest of my life
But I'll figure it out
When all is said and done
Two is better than one
Two is better than one

download


Two Is Better Than One ~ Taylor Swift and – Boys Like Girls Music Code

Monday, March 15, 2010

Batu Alam Bali


Apa yang menyebabkan rumah dan bangunan di Pulau Bali terlihat bernilai seni tinggi? Jawabannya sangat sederhana : Orang Bali gemar memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Menggunakan sesuatu yang dekat membuat apapun seakan menyatu dengan penggunanya.

Lokalitas. Mungkin itulah kata kunci sekaligus tiket yang mengantarkan Arsitektur Bali kerap menjadi turis di mancanegara. Lokalitas menghargai apa yang ada di sekitarnya.

Berangkat dari semangat menghargai kedekatan (lokalitas) dan hasrat untuk memberi nilai tambah bagi kekayaan rimba geologis Pulau Dewata, Gede Kresna Works didirikan untuk mengolah bebatuan yang digunakan sebagai material arsitektur Bali.

Batu Serai


Salah satu batu alam yang cukup populer di Bali adalah Batu Serai. Batu ini berwarna kekuningan, teksturnya keras dan berpasir. Utamanya digunakan untuk dinding. Batu ini dapat dipasang dengan beberapa style, diantaranya :

i. Bronjol (Gelondongan) Style
Material dipasang apa adanya dan disusun sedemikian rupa tanpa pola yang baku.

ii. Random Pattern
Sebelum dipasang material dibelah dengan mesin hingga diperoleh kepingan-kepingan random yang disusun satu sama lain mengikuti sisi di sekitarnya.

iii. Size Pattern
Serupa dengan random pattern, tetapi semua ukuran fixed, misalnya 20x20 cm, 15x25 cm dan sebagainya.

iv. Sisik Ikan Style
Dipasang manual seperti Bronjol Style, tetapi tiap keping batunya dipola seperti sisik ikan.

Paras Kerobokan


Paras Kerobokan adalah intepretasi kebersahajaan bangunan-bangunan yang ada di Bali. Warnanya yang cenderung abu-abu gelap mencitrakan kerendahatian, kontemplasi, sekaligus keramahtamahan yang membuat setiap bangunan menjadi sosok rumah yang menentramkan.
Umumnya Paras Kerobokan digunakan untuk dinding bangunan, baik rumah maupun pagar. Di beberapa tempat material ini juga digunakan untuk lantai.

Paras Taro


Paras Taro merupakan material paling natural yang ada di Bali. Warna dan teksturnya benar-benar sama dengan tanah karena paras ini memang benar-benar tanah. Di Bali dikenal dengan nama Paras Tanah Taro.
Biasanya digunakan untuk pelapis dinding, yang membuat dinding seakan terbuat dari bahan tanah yang sangat alami. Karena agregat dan kepekatan tanah cukup, material ini juga bisa diukir untuk memberikan kesan tradisi yang lebih kental.


Paras Gerana



Paras Gerana berwarna merah dan ungu. Biasa digunakan sebagai aksen pemanis paras yang lain yang ada di Bali. Namun tak jarang material ini dipergunakan sebagai penutup bangunan secara utuh, seperti pagar, dinding rumah dan beberapa bangunan lainnya.

Lava Stone


Lava Stone adalah lahar panas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem yang sudah mengeras karena mengalami proses pendinginan selama bertahun-tahun. Di Bali dikenal dengan istilah Batu Tabas. Penggalian batu ini bernilai ganda, selain dimanfaatkan sebagai bahan material, juga membebaskan tanah dari “hama” bebatuan sehingga tanah yang tadinya tidak produktif dapat ditanami kembali.

Saat ini Lava stone banyak dipakai sebagai bangunan suci, candi, tugu dan lain-lain, namun tak jarang juga digunakan untuk bangunan biasa. Karakternya yang keras dan warnanya yang hitam membuat material ini begitu diminati bahkan untuk dieksport ke mancanegara.

Batu Bata Gosok Bali


Batu bata Bali diproses dengan cara yang unik. Sebelum dipasang batu bata dibelah menjadi 2 bagian. Keduanya lalu diserut menjadi ukuran yang sudah ditentukan. Untuk memasang atau menempelkannya ke dinding tidak menggunakan semen. Cukup digosok-gosokkan ke sesamanya dengan sedikit air, tanah liat pembentuknya akan merekatkannya. Cara ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan menjadi salah satu ciri khas bangunan tradisional Bali.

Batu bata yang digunakan adalah batu bata khusus dengan agregat yang lebih halus daripada batu bata umumnya dan melalui pembakaran yang tertentu pula. Itu sebabnya batu bata ini menjadi jauh lebih mahal daripada batu bata biasa.

Namun bukan berarti semua bangunan bata di Bali menggunakan batu bata khusus. Batu bata biasa digunakan untuk membuat bangunan yang terekspose. Caranya hampir sama yaitu melalui proses penyerutan untuk mendapatkan ukuran batu bata yang sama satu sama lainnya. Berbagai bangunan seperti pagar rumah, candi bentar, angkul-angkul (gate) dan lain-lain dibuat dengan style ekspose dengan menggunakan batu bata biasa.

Other Stones


Selain batu-batu dan paras di atas, di Bali juga terdapat beberapa jenis batu yang lain seperti Batu Pilah, Paras Silakarang, Paras Belayu, Paras Kengetan, Lime Stone, Batu Lempeh dan lain sebagainya. Kecuali lime stone yang berwarna putih, batu-batu tersebut tersedia dalam jumlah terbatas, sedangkan paras-paras tersebut lebih banyak digunakan untuk patung dan bangunan-bangunan suci.

sumber:
Official Site Natural Stone Workshop
Gede Kresna Works

Office : Jl. Taman III No 33 Taman Mahayu Sempidi Denpasar Bali
Workshop : Jl. By Pass Ngurah Rai. Padanggalak, Sanur - Bali.
Email : gedekresnaworks@yahoo.com
contact Gede Kresna.
ph : +62 878 611 97850
Fax : 0361-422651

Sunday, March 14, 2010

Nasi Goreng dan Gerimis

"Tugas yg ta brujung,tajelas kbnaranny,tajelas mpe kpn ini bkal slese... *sigh!"

gw senyum waktu baca tulisan di status facebook seorang temen, seorang gadis kecil yang punya senyum manis kayak apel Washington di panasnya musim kemarau, manis banget di balik jilbabnya yang anggun. gw yakin sbenernya gadis itu bukan seorang pengeluh tapi kayak kata pepatah yang dulu nempel di papan tulis whiteboard usang di kelas 2G jaman gw SMA dulu bahwa "noboby's perfect", mungkin dia lagi khilaf aja. gw jadi inget waktu dulu pernah beli makan sama Rudy, temen seperjuangan...

"ga ada bedanya jaman kuliah sama udah kerja..."

"maksud lu?"

"jaman kuliah susah makan karena kita masih miskin,
kalo skarang susah makan karena lingkungan..."

"emang skarang lu udah brasa kaya gitu?"

"hehehe"


gw nyengir tanpa merasa bersalah waktu itu, karena emang gw (dengan otak yang suka ga berfungsi dengan baik) mikir kalo gaji yang gw terima lebih dari cukup kalo buat sekedar makan, cuma skarang gw kerja di tempat yang di mana makanannya itu-itu aja (kalo ga bole dibilang susah), ga ada variasi. kadang bosen juga, kalo ga makan di Nusantara, Anda, ACC, Garuda, pasti ke lapangan Beringin. adalah Subulussalam, kota gw skarang yang secara administratif baru berumur tiga tahun sejak mekar dari Aceh Singkil, gw juga heran kenapa pada hobby minta pemekaran tanpa melihat kenyataan bahwa potensi daerahnya "kurang" mendukung, apalagi menyandang predikat mentereng di depan, Kota Subulussalam. dan yang paling bikin gw ga abis pikir tuh, kok ya Dirjend Pajak ikut-ikutan latah bikin kantor pajak di sini, niat banget ngerjain anak buahnya?! kembali ke Rudy, kalo ada yang bilang dia pinter, gw bilang jenius. yang gw tau dia jarang belajar, karena emang cuma butuh baca sekali buat paham bahkan apal sampe detil kuliah yang kita terima. asal tau aja, dulu ada kuliah Pedanil yang diajar Bu Risda, hobbynya bikin soal ujian cuman lima butir tapi jawabannya bisa sampe lima lembar halaman kertas ukuran folio! dan ahirnya Rudy lulus dengan peringkat yang cukup baik, setidaknya kalo dibanding gw... hihihi.

yup, Rudy berangkat dari bukan keluarga mampu, jauh dari kata kaya. dan ini yang bikin gw kagum dari dia, dulu dia di SMA masuk program akselerasi yang cuman butuh waktu dua tahun buat lulus, terus coba daftar kuliah di sekolah tinggi kedinasan milik Departemen Keuangan, STAN. tapi seolah Tuhan lewat pena takdirnya bilang, "belom waktunya Boy!", hingga pengumuman keluar dan Rudy ternyata ga lulus Ujian Saringan Masuk (USM). berhubung sikon keluarga ga memungkinkan, Rudy-pun ga kuliah. apa dia putus harapan? gak! setaun dilalui, di saat temen-temennya kuliah (atau pura-pura kuliah) sambil asik mondar-mandir ngecengin cewe-cewe dengan motor bapaknya, si Rudy malah bantu ekonomi keluarganya. dia kerja dan pekerjaannya itu jauh dari kata elit apalagi bisa dibanggakan, kuli bangunan! dia pernah cerita tentang cara dia dulu gimana bikin jalan raya sebelom diaspal, angkat-angkat adonan semen dan pasir, angkat-angkat batu kerikil, dan sebagainya. mungkin itu juga yang bikin badannya atletis. dan setahun berlalu, ahirnya pendaftaran USM mahasiswa baru STAN dibuka, Rudy mencoba peruntungan lagi dan lulus! meski penempatan kuliah waktu itu dia dapet di kampus Medan (kita dari Jawa) tapi ga meruntuhkan semangat bajanya, ahirnya gw ketemu dia, jadi temen sekelas, seperjuangan, senasib, dan secita-cita. angkatan tiga belas. ini yang bikin gw respect, juga temen-temen lain yang secara urutan ranking (bisa dibilang) lebih bagus dari Rudy. coba dia dulu lebih rajin gw yakin pasti bisa ranking pertama dan penempatan di Medan, coba gw dulu juga lebih rajin belajar pasti ga ada di sini...hihihi, asal tau aja, gw ranking ketiga waktu itu tapi dari belakang, lha wong besok mau UAS gw malah malemnya nongkrong di "Harapan" sampe jam tiga pagi, dasar geblek!!!

"wey, ini nasinya bawa!"

bentakan melengking Rudy bikin gw kembali sadar dari lamunan dan gw pulang dibonceng Rudy ngebut di atas CBR 150cc-nya menerobos rintik gerimis yang terus mengguyur malam sejak Adzan Ashar tadi, ga sabar menikmati nasi goreng buat meredam gejolak nafsu perut yang minta dipuaskan. agak menggigil oleh angin yang bertiup membelai gw, membelai Rudy, juga kota ini yang berangsur mulai sepi tanpa ada gelak tawa dan keluh kesah anak manusia lagi. hah... uda dua tahun dan waktu seolah berlalu terlalu cepet sejak kita lulus kuliah, dan sekarang tau-tau kita udah sama-sama kerja di satu instansi pemerintah, di bawah Direktorat Jenderal Palak, eh, Pajak!!! Rudy di Sub Bagian Umum jadi tangan kanan big boss, gw di Seksi Exten bagian lapangan yang di SOP ga tercantum buat berantem sama Wajib Pajak tapi sering kejadian juga.

kayak kata iklan permen jaman ABG dulu, "ga smua yang lu denger itu bener", begitupun cerita ini, toh cerita hidup Rudy beneran kayak gitu adanya (cuman setting suasana cerita yang gw bumbuin karangan biar dramatis). yang pasti terlepas dari bener 100% atau nggaknya cerita ini selalu ada satu hikmah yang bisa kita jadikan pelajaran hidup. tentang arti syukur, tentang menghargai hidup dan bagaimana kita kuat oleh panas terik, hujan badai kehidupan, juga bagaimana hati kita bisa bertahan tanpa mengeluh pada kondisi yang ga semstinya kita anggap sebagai sesuatu yang membuat kita sengsara tapi justru bikin kita kuat, dan hati yang ihlas membuat kita sekuat karang di pinggir lautan yang terus menjulang menantang ombak. sorry buat temen gw yang punya senyum manis banget di balik jilbabnya please jangan marah yah... no offense lo, cuma sekedar share aja kuq... serius de, sumpah!!!

[ditulis ditengah dinginnya angin malam bukit barisan dan kepulan asap putih abu-abu rokok Marlboro Black Menthol, Subulussalam 15 Maret 2010]

Friday, March 12, 2010

Arok Dedes (a book by Pramoedya Ananta Toer)


Arok Dedes menceritakan sejarah perlawanan dan pemberontakan Ken Arok terhadap pemerintahan akuwu Tumampel, Tunggul Ametung. Dalam buku ini, Pram secara jelas mengungkap kondisi sosial politik pada masa itu.

Novel ini mencoba memberikan suatu perspektif baru terhadap sejarah dengan menggambarkan Ken Arok bukan hanya seorang berandalan pemberontak ,seperti yang banyak dikatakan buku pelajaran sejarah, tetapi disini diceritakan bahwa Ken Arok adalah seorang pemimpin rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan yang menindas.

Novel ini juga menggambarkan kondisi pemberontakan yang terjadi di dalam suatu negara atau kerajaan yang sarat dengan intrik politik.

Kisah AROK DEDES adalah kisah kudeta pertama dalam sejarah kita. Kudeta unik a la Jawa, penuh rekayasa kelicikan, lempar batu sembunyi tangan, yang punya rencana menjadi orang terhormat, yang tak terlibat malah menjadi korban yang ditumpas habis—habisan.

Mengikuti kisah perebutan kekuasaan dengan kelihaian secanggih seperti itu, tanpa diundang asosiasi pembaca langsung beralih dari peristiwa di abad 13 ke abad 20 di tahun 65—an.

Bagaimana pada tahun 1965 bisa terjadi “peralihan kekuasaan” dari Soekarno ke Soeharto ? Bagaimana orang yang mengkup kekuasaan justru berhasil melempar tuduhan mengkup itu kepada pihak lain, sampai—sampai yang difitnah menjadi korban kesengsaraan yang berkepanjangan—bagaimana orang yang memberi informasi tentang bakal terjadinya kup, malah ditangkap dan dipendam lebih 30 tahun dalam penjara ? Banyak kemiripan kudeta Arok sekitar 1220—an dan kudeta Harto sekitar 1965—an ?

Duapuluh lima tahun yang lalu sebagai tahanan di Buru, Pramoedya merawikan kisah tampilnya Ken Arok sebagai Akuwu Tumapel menggantikan kekuasaan Tunggul Ametung. Pramoedya Ananta Toer tidak sedang menulis essay politik aktual atau sedang mengkaji apa yang terjadi di tahun 1965, tetapi lewat kekuatan kata dan wahana sastra, dia menghadapkan cermin sejarah kepada generasi di era Orde Baru untuk melihat diri sendiri, untuk mengenal situasi di mana kita berada, untuk belajar dan menyimpulkan sendiri apa yang sedang kita alami di masa kini, termasuk merefleksi peristiwa 1965, rekayasa seorang jendral naik ke puncak kekuasaan, kemudian dengan gengnya memakmurkan selapis tipis elit Indonesia dan menyengsarakan rakyat dalam skala besar—besaran.

download

sumber

Tuesday, March 9, 2010

Yang Mengganggu Ekonomi Itu Anarkisme

05/03/2010


Kebiasaan yang berlaku pada kita setiap kali terjadi ingar-bingar politik adalah kekhawatiran akan terganggunya kegiatan ekonomi. Kenyataannya persepsi bisnis terhadap Indonesia tidaklah terganggu. Keinginan untuk investasi tetap besar dan kegiatan di pasar modal berjalan seperti biasa dengan kecenderungan positif terhadap indeks harga saham gabungan.

Mengapa bisa seperti itu? Karena politik dan ekonomi merupakan dua kegiatan yang terpisah. Di Thailand yang paling ekstrem, politik selalu bergejolak luar biasa. Kabinet selalu silih berganti, tetapi perekonomian mereka berjalan normal.

Salah satu indikator demokrasi yang semakin sehat , adanya pemisahan antara politik dan ekonomi. Pada kita yang demokrasinya baru mulai, politik sering dipakai untuk menakut-nakuti karena paradigmanya masih belum bisa dilepaskan dari paradigma Orde Baru. Padahal Orde Baru selalu menebarkan ketakutan itu agar politik tidak diganggu gugat. Atas nama stabilitas, maka politik harus dikendalikan.

Yang bisa mengganggu kegiatan ekonomi bukanlah ingar-bingar politik, tetapi anarkisme. Sikap untuk memaksakan kehendak termasuk dengan menggunakan kekerasan, itulah yang lebih ditakutkan para investor. Stabilitas dalam konteks menghindarkan negeri ini dari anarkisme, itulah yang harus kita ciptakan.

Berbagai aksi kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, itulah yang patut kita waspadai. Apalagi ketika kita melihat apa yang terjadi di Makassar ketika aksi mahasiswa dibenturkan dengan aksi kelompok lainnya sehingga terjadi kerusuhan. Perang batu antarkelompok dan perusakan terhadap fasilitas pribadi maupun umum menciptakan ketakutan, karena itu bertentangan dengan esensi demokrasi.

Tugas dari semua pihak untuk bisa mengendalikan diri. Jangan biarkan kita larut dalam suasana emosi yang tidak terkendali, sehingga meninggalkan cara-cara yang beradab. Cara-cara penyelesaian perbedaan harus dilakukan melalui cara dialogis. Kalau pun tetap berbeda harus dihormati sebagai sebuah perbedaan, tanpa harus merusak hubungan antarpribadi.

Jujur pada kita masih kuat kebiasaan untuk membawa semua persoalan menjadi persoalan pribadi. Seringkali ketika kita berbeda pendapat dianggap sebagai sikap bermusuhan. Selalu kita dihadapkan kepada posisi “you are with me or you are againts me”.

Memang kedewasaan berpolitik tidak bisa sekali jadi. Kita masih dalam proses untuk mencapai tingkat kedewasaan seperti yang diharapkan. Namun dengan berjalannya waktu, kita pasti akan menjadi lebih dewasa,asal saja kita bersama berupaya untuk mendewasakan diri kita masing-masing.

Sekali lagi, kita tidak perlu khawatir terhadap kondisi perekonomian negara ini. Negeri ini terlalu menarik untuk tidak didatangi untuk investasi. Bukan hanya sumber daya alam yang melimpah yang bisa dijadikan aset, tetapi juga pasar yang mencapai 230 juta jiwa.

Perjalanan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wiryawan ke Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan tingginya minat investor untuk masuk ke Indonesia. Berbagai persoalan yang terjadi dengan Panitia Khusus Bank Century tidak dilihat sebagai persoalan yang menakutkan. Itu adalah bagian dari proses checks and balances yang merupakan bagian dari sistem demokrasi.

Yang jauh lebih penting menjadi perhatian kita adalah bagaimana menciptakan kepastian. Bagaimana investor tahu dengan pasti apa saja yang harus dipenuhi dan berapa lama proses perizinan akan bisa diselesaikan aparat. Bagaimana pemerintah bisa menyediakan infrastruktur yang memadai bagi kegiatan usaha. Bagaimana sistem perpajakan di Indonesia bisa kompetitif dengan sistem perpajakan di negara lain. Bagaimana ekonomi biaya tinggi benar-benar bisa dikurangi kalau tidak bisa dihapuskan.

Kalau saja investasi ke negara ini belum berjalan optimal, karena kita belum bisa memenuhi harapan para investor. Di kalangan pemerintah saja misalnya, masih ada perbedaan tajam antara perlu dan tidaknya kita memberikan tax holiday. Padahal negara tetangga kita sudah memberikan itu, karena mereka lebih mementingkan adanya kegiatan ekonomi agar masyarakatnya bisa lebih produktif.

Inilah tantangan terberat yang harus bisa cepat kita jawab. Bangun ekonomi seperti apa yang sebenarnya ingin kita tuju. Apa yang sebenarnya pilar utama yang menjadi kekuatan komparatif dan kompetitif negara ini. Seberapa jauh sebenarnya peran yang kita harapkan dari kalangan dunia usaha.

Kita harus juga segera meninggalkan sikap kita yang mendua terhadap kalangan dunia swasta. Di satu sisi kita mengharapkan hadirnya peran yang lebih aktif dari kalangan swasta, namun di sisi lain kita masih memiliki kecurigaan yang sangat tinggi kepada kalangan swasta. Seakan-akan swasta hanyalah pihak yang mencari untung saja, tanpa pernah mau menerima bahwa merekalah institusi yang paling besar menyediakan lapangan pekerjaan.
Kita bukan harus menganakemaskan kalangan swasta. Namun kita harus membangun suasana yang saling percaya agar semua usaha yang kita lakukan bisa mencapai hasil yang paling optimal untuk membawa perbaikan bagi perikehidupan rakyat banyak.

Tanggung kita bersama untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Kita harus menghindarkan anarkisme karena itu akhirnya akan mengimbas juga kepada kehidupan kita bersama.

Metro

Monday, March 8, 2010

Tuhan Itu Adil


suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan-Nya.

malaikat pun bertanya, “apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?”

“lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi,” kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon.

Tuhan melanjutkan, “ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang.”

lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa.

di eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti inggris, skotlandia dan perancis. tetapi di daerah itu, tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

di eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti spanyol dan partugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di selat gibraltar.

lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, “lalu daerah apakah itu Tuhan?"

“o, itu,” kata Tuhan, “itu indonesia. negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. banyak sinar matahari dan hujan. penduduknya Ku ciptakan ramah tamah, suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni.”

dengan terheran-heran, malaikat pun protes, “lho, katanya tadi setiap
negara akan diciptakan dengan keseimbangan. kok indonesia baik-baik semua. lalu di mana letak keseimbangannya?”

Tuhan pun menjawab dalam bahasa inggris, “wait, until you see the idiots I put in the government.”

Monday, March 1, 2010

My Fave (part 1): Salmon Mentai

udah lama banget gw ga maen ke Medan, dan emang iya rasanya udah makin panas! sebenernya gw juga males keluar dari kos tapi ada kondangan dari Berry yang abangnya nikah (gw ceritain di post selanjutnya) sama ada titipan dari Asmara, Edy sama Mawen. "ok, gw brangkat!", angin bercampur debu jalanan berhembus hangat menjalari kulit gw sama sekali ga membantu mengurangi gerah yang gw rasakan sementara butir-butir keringat makin bertambah banyak membasahi jidat dan leher tapi kembali gw inget kata-kata Bang Joel, "orang lapangan ga bole manja." setelah melewati jalanan Medan yang semrawut tapi eksotis, berliku sekaligus penuh emosi ahirnya sampe juga, terahir gw ke SUN minggu kemaren abis dari pesta kawinan anaknya Bos Penagihan. gw liat jam yang melingkar di tangan kiri, "masih jam dua belas, kecepetan kayaknya kalo beli sekarang." berhubung belom sarapan ahirnya gw memenuhi kebutuhan diri-sendiri dulu sebelom mikirin orang lain (Edy, Mawen, n Asmara). "kok kayaknya sushi boleh juga ya, hehehe..." dan langkah-langkah kecil kaki gw berjalan ringan menyisir diantara etalase-etalase dengan dagangan kelas atas yang terpampang manis dari merk-merk dunia. tapi gw ga lagi pingin shopping, gw cuma mo makan dan gw tau harus ke mana. setelah menuruni eskalator, berjalan dari ujung mall ke ujung lainnya ahirnya gw sampe di Lower Ground, deket parkiran mobil. mata gw berbinar demi melihat tulisan yang terpampang yang sebenernya ga perlu gw baca lagi, Sushi Tei.


"berapa orang mas?" sapa mbak-mbak dengan seragam putihnya (sorry kalo salah, gw buta warna), cuma jari telunjuk gw yang teracung tanpa ada kata keluar dari bibir, maklum udah laper. gw berjalan menuju meja di pinggir di sebelah pojok yang buat dua orang, selain karena cuman sendiri ini juga tempat favorit gw. mbak-mbak yang lain dateng nyodorin buku menu yang penuh sama gambar makanan khas Jepang, yang kebanyakan tanpa dimasak a.k.a mentah! di otak gw sebenernya sudah punya satu menu yang ga pernah ketinggalan gw pesen,

"salmon mentai, mbak."

"ada lagi?"

"tar mbak ya..."



jemari boleh lincah membolak-balik buku menu tapi mata juga yang ahirnya menentukan, "aburi mekakiji-nya kosong, mas." terpaksa gw ganti ganti sama yang lain, lupa namanya apa. "minumnya, mas?" dan kayak biasa minumannya pasti warmy coffee latte sama iced ocha. lima belas menit dan makanan dateng juga, "hah... nikmatnya dunia!"


tentang Salmon Mentai tadi, gw recommended banget. bikinnya dari daging salmon yang diasepin terus di kasih saus yang rasanya gurih banget. dan buat temen-temen yang ga suka makan daging mentah (oops) ini bisa jadi slternatif. selaen itu, yang kemaren direkomendasiin sama si Rendy ada nasi goreng beef katsu curry yang rasanya nampol banget (ga ada fotonya si). kalo minuman so far gw cuman suka sama latte-nya yang gurih, meski lebih enak latte bikinan The Dome tapi paling ga masi di atas latte-nya Pizza Hut or Matador.

Wednesday, February 24, 2010

Tuhan Itu Jahat

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini,
"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,
"Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.

"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab,
"Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan.

Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata,
"Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?".

"Tentu saja," jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya,
"Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu?
Tentu saja dingin itu ada.

Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab,
"Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.


Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.
Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali.
Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut.
Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."

Mahasiswa itu melanjutkan,
"Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi anda salah, Pak.

Gelap itu juga tidak ada.
Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya.
Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.
Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap.
Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya,
"Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab,
"Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.
Kita melihat setiap hari di Koran dan TV.
Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia.
Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi Anda salah, Pak.

Kajahatan itu tidak ada.
Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.
Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.

Tuhan tidak menciptakan kajahatan.
Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

sumber

Friday, February 5, 2010

"Bang, kasi saya duit goceng...terserah Abang mo ngapain saya"

Satu lagi potret kemiskinan di jalanan ibukota

Beginilah kisah bermula


Beberapa hari yg lalu gw ada janji hang out dengan teman gw. Kebetulan jaraknya jauh dan jalanan sore hari selalu macet, so, kita memutuskan ketemu di sebuah meeting point.
Gw naik taxi dari kantor.

Supirnya adalah bapak2 berusia sekitar 55-60 tahun. Kelihatan seperti orang terpelajar dan ramah
Beliau menyapa gw "baru pulang kerja ya, neng?"
Disapa sedemikian ramah....gw jawab dgn ramah juga... Secara kdg2 kan ada juga supir taxi yg jutek....kita ajak ngobrol, dia cuma jawab sepatah dua kata


Pertanyaan standard dari gw: "Poolnya di mana, Pak? Narik dari jam berapa, Pak?"
Dari situ, pembicaraan pun mengalir lancar
well, gw suka banget mendengarkan kisah2 dan pengalaman2 org terutama yg hidup di jalanan.....jadi, pertanyaan beruntun selalu keluar dari mulut gw


Tidak ada yg terlalu istimewa jika dibandingkan dgn pengalaman supir2 taxi lain....


Hingga tibalah pertanyaan gw "Pernah nemu penumpang yg aneh-aneh gak, Pak?
Dia bercerita ttg penumpang dari Daan Mogot ke Bogor....sesampai di Bogor, penumpangnya bilang gak punya duit buat bayar ongkos
Ternyata itu belum klimaxnya


Masih menurut penuturannya, dia pernah kenaikan penumpang perempuan berusia sekitar 35-40.... Begitu naik langsung duduk di depan di sebelah supir dan langsung bergenit-genit ria.
Ntu cewe bilang "Bang, kasi saya duit goceng...terserah Abang mo ngapain saya"
Goshh!!!! Kaget gw!!! Hanya demi goceng???? *well, sekalipun demi ratusan juta, perbuatan tsb tetep gak bisa dibenarkan*.......Tapi, demi goceng????
Serasa ada palu yg memukul dada gw



Gw penasaran donk reaksi si bapak..... Gw tanya, "trus Bapak gimana?"


Kata si Bapak "Saya memang bukan malaikat, Neng....tapi sudah prinsip saya utk melakukan kebaikan spy mendapat hasil yg baik.....jadi, saya jawab, Maaf saya gak bisa, baru aja tadi dgn istri saya"
Tapi, ntu cewe belom mau nyerah juga "ya udah ga usah mpe gituan, saya minta 2rb aja"
Akhirnya, si bapak ngasi 2rb dan mempersilakan si cewe ntu turun....


Si bapak cerita ke temen-temennya sesama supir taxi....ternyata si cewe ntu udah sering mangkal di situ dan menjalankan modus operandi yg sama




Campur aduk perasaan gw mendengar cerita tsb
Ada kaget, sedih, kesal, marah, malu, tertohok, ngerasa tidak berdaya dll
Gw menemukan cerita baru lagi tentang potret kemiskinan bangsa ini tapi gw gak berdaya apa2 terhadap kondisi itu.....


Setelah gw nyampe di tempat tujuan dan ketemu temen gw, gw langsung minta dia nganterin gw balik dan gak jadi hang out
Ketika ditanya kenapa, gw hanya bilang "Simpan duit kamu, sayang banget dihamburkan begitu saja"
Sepanjang perjalanan di mobil gw hanya diem....dan baru besoknya gw bercerita.



Hiksss....keinget bagaimana kadang gw terlalu egois dan penuh hura-hura

Keinget bagaimana gw dan banyak org enggan memberi 500/1000 perak ke peminta2 dgn berdalih "ahhh, kan sesuai Perda yg baru gak bole lagi ngasi pengemis"....tapi dengan tidak sayangnya ngeluarin duit makan di resto ampe ratusan ribu padahal makanan tsb tidak lebih enak dari makanan pinggir jalan...tapi, kan demi gengsi

Keinget juga bagaimana orang2 kaya di negeri ini menghambur2kan duit begitu saja...

Keinget bagaimana org2 pergi clubbing dan menghabiskan puluhan bahkan ratusan juta dalam satu malam hanya utk membayar minuman juga utk membayar ladies escort....

Keinget ibu2 pejabat pergi shopping ke Harrods utk mengejar tas Hermes terbaru...

Keinget org2 ngantri di PS karena Felice lagi menggelar diskon...

Keinget abege2 bergaya di mal dgn blackberry, tentunya dgn casing yg bertabur berlian...

Keinget bapak2 pejabat menerima sogokan ratusan juta hingga milyaran demi keluarnya izin ke pengusaha....meskipun izin tsb menyalahi UU...

Keinget aliran dana milyaran hingga trilyunan yg gak jelas juntrungannya di negeri ini....

Bahkan karena keegoisan juga, gw gak pernah bisa menjamin apakah gw akan tetep seperti ini mampu memelihara sense of crisis di hati nurani gw atau ketersentuhan gw hanya bisa bertahan sehari, dua hari, tiga hari, seminggu atau sebulan????

Entahlah!!!







Happy New Year, Guys


dikutip dari: sumber

Wednesday, February 3, 2010

PEMBEDAAN SECARA SPESIFIK WAYANG YOGYAKARTA DAN SURAKARTA (I)

KRONOLOGI PEMBEDAAN WAYANG KULIT DI JAWA TENGAH

Pada mulanya, hanya ada satu jenis wayang di Jawa. Wayang tersebut berasal dari relief candi-candi yang ada di wilayah Jawa yang saat itu masih dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Saat itu tokoh-tokh pewayangan di gambar di atas daun tal atau daun lontar sehingga di kenal dengan nama wayang lontar.

Wayang lontar dan Wayang kulit awal Demak
Setelah Majapahit runtuh pada tahun 1478, berdirilah kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan Raden Patah sebagai raja pertamanya dari tahun 1478-1520 mencipta wayang kulit dengan tangan masih menyatu dengan tubuhnya. Raden Patah kemudian digantikan oleh Prabu Sabrangan yang memerintah dari tahun 1520-1521. Prabu Sabrangan yang gemar dengan pertunjukan wayang lalu menciptakan wayang beber yang semua gambarnya telah diubah ke dalam gaya Islam karena saat itu Islam melarang pengikutnya melukis manusia secara realistik. Hal tersebut dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sedang pola candi yang ada di Jawa di teruskan dalam pola wayang kulit di Bali.

Setelah masa kejayaan wayang Beber lewat, munculah sosok-sosok Wali Songo yang secara giat menyebarakan ajaran Agama Islam. Sunan Kalijaga lalu mencipta wayang dari kulit kerbau yang ditatah dengan menggunakan gapit sebagai pegangan. Namun tangannya masih menyatu dengan tubuh. Wayang tersebut dibuat menjadi satu kotak dan diwarna hanya dengan warna hitam. Jumlah wayang di buat cukup untuk menyampaikan cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana yang sudah di sesuaikan kedalam ajaran Islam selama semalam suntuk.

Wayang Beber


Pada tahun 1521, jumlah wayang diperbanyak dengan adanya wayang-wayang ricikan seperti gunungan dan binatang serta adanya perubahan dengan tangan yang sudah dapat digerakkan. Pertunjukan pun mulai menggunakan kelir, debog, dan blencong. Selain itu wayang yang tadinya masih berwarna hitam puith mulai diwarnai. Dan pagelaran mulai memakai istilah simpingan.

Simpingan Kiri dan Kanan
Kerajaan Demak yang runtuh kemudian digantikan oleh kerajaan Pajang. Jaka Tingkir sebagai raja Pajang mulai memperkenalkan Wayang Kidang Kencana yang memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari wayang kulit umumnya. Di sinilah pertama kalinya digunakan istilah ngore, topongan, gelung dan sebagainya.

Pada awal pemerintahan Kerajaan Mataram, Panembahan Senopati menambahkan wayang Garuda dan Gajah untuk pelengkap pertunjukan. Saat ini pula lah rambut mulai ditatah halus. Wayang inilah yang sekarang dikenal sebagai wayang gagrak/gaya Mataraman.

Pada masa pemerintahan Mas Jolang, wayang kembali diperbesar. Dengan mulai menggunakan istilah wanda pada wayang-wayang tertentu.

Setelah jaman pemerintahan Sultan Agung, tepatnya zaman pemerintahan Amangkurat Tegal Arum, pakem pedalangan kemudian pecah menjadi dua. Yaitu Gaya Kanoman oleh Nyi Anjang Mas dengan penggunaan sepatu, jubah, dan keris pada wayang dewa dan pendeta yang beroperasi di wilayah timur. Gaya yang satu lagi adalah gaya Kasepuhan oleh Kyai Panjang Mas. Gaya pedalangan ini menghilangkan Bagong karena mendapat larangan dari pemerintah Belanda. Bagong dianggap sebagai orang yang lancang mulut dan sering mengkritik pemerintahan Belanda di Jawa.

Pada pemerintahan Pakubuwono III pusat pemerintahan Mataram dipindah dari Kartasura ke Surakarta. Ini adalah masa peralihan dari gaya Mataraman ke jaman Surakartan. Perubahan ini terlihat dengan diubahnya bentuk kera dan raksasa sehingga hanya bermata satu. Selain itu wayang gaya Surakarta juga di peramping sehingga memudahkan dalang dalam melakukan sabet atau olah wayang.


Anoman Gaya Surakarta & Yogyakarta /Mangkunegaran

Pada masa pemerintahan Pakubuwono IV, terjadi perselisihan antara golongan tua dan muda. Golongan tua yang dikepalai oleh Pangeran Mangkubumi menyatakan perselisihannya terhadap Pakubuwono IV yang mau bekerjasama dan mengakui kedaulan pemerintahan Belanda atas kerajaan Mataram. Akibat dari perjanjian Giyanti, Mataram di pecah menjadi dua yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta. Pangeran Mangkubumi lalu menjadi Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sebagai golongan tua, kemudian Mangkubumi mengembangkan wayang gaya Mataraman sedangkan Pakubuwono IV mengembangkan wayang gaya Surakarta atau sekarang lebih tenar dengan nama wayang gaya Solo. Lebih lanjut, Kasunanan Surakarta yang kemudian pecah lagi menjadi Kasunanan Solo dan Mangkunegaran. Oleh Mangkunegara I, wayang gaya Solo lalu di perbesar. Pada wayang gaya Yogyakarta pun lalu terjadi perubahan dengan adanya gaya baru yaitu wayang Paku Alaman yang masih mempertahankan bentuk gaya Mataram namun kebanyakan wayangnya menggunakan keris.

PENDAHULUAN

Pagelaran Wayang Kulit adegan Jejer Pandawa

Setelah Wayang mendapat penghargaan sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO, rasanya sangat penting bagi kita untuk terus melestarikan wayang yang ada. Banyaknya jenis wayang yang telah punah seperti wayang Banjar, dan wayang Palembang membawa keprihatinan di dalam diri pencinta wayang sendiri yang semakin lama semakin menurun.

Di dalam buku ini sendiri saya hanya akan membahas perbedaan yang ada dalam boneka wayang dari Surakarta dan Yogyakarta yang jarang sekali diperhatikan perbedaannya.
Tentu saja masih banyak perbedaan yang dapat kita temukan dalam dunia pewayangan yang dapat dibahas lebih lanjut. Namun di sini saya hanya akan membahas tentang perbedaan fisik wayang dari kedua daerah tersebut, bukan gaya pedalangannya. Meskipun buku ini masih sangat dangkal jika kita melihat secara keseluruhan dunia pewayangan karena banyaknya wayang wayang yang masih eksis dalam kehidupan seperti wayang menak, wayang golek, wayang gedok dan lain-lain, namun diharapkan dengan adanya buku ini, para pencinta wayang sadar akan beraneka ragamnya kebudayaan yang kita miliki dan diharapkan pula buku ini menjadi tumpuan unuk penulisan dan pembahasan keaneka ragaman budaya wayang lainnya. Jika kita lihat, wayang kulit purwa saja dari daerah Jawa Tengah memiliki beberapa gaya.

Tujuan dari penulisan buku ini adalah sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan tentang boneka wayang dan juga untuk menyadarkan bahwa kita memiliki beraneka ragam budaya yang sangat perlu untuk dilestarikan dan ini bukanlah suatu persaingan untuk menentukan mana yang unggul dan lebih baik karena dalam budaya seni tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk. Kesemuanya memiliki keunikan masing-masing sehingga janganlah pembaca salah menangkap bahwa penulisan buku ini hanya semata-mata mencari pengikut gaya mana yang lebih pantas dan lebih sempurna.

sumber

Saturday, January 23, 2010

Wayang (part 1): Semar Sang Bathara Ismaya



Dewasa ini gak tau kenapa gw jadi tergila-gila sama cerita wayang padhal waktu kecil sama sekali tertarik pun bokap sering cerita tentang wayang dengan pengetahuannya yang ala kadarnya. Bagus juga si, berati tandanya gw lebih Njawani sebagai manusia yang diciptakan Sang Pencipta dan dititipkan di Tanah Jawa dengan segala budayanya yang mendidik gw selama sembilan belas taon sebelom gw menjalani pengembaraan ke tanah seberang di Sumatera ini. Wayang sebagai produk budaya asli Jawa yang diadopsi dari cerita dalam kitab-kitab Hindu India yang kemudian berakulturasi dengan sentuhan Islam setelah diejawantahkan sbagai pertunjukan Wayang Kulit oleh salah seorang tokoh Wali Sanga, Sunan Kalijaga, menurut gw ceritanya tuh punya pesona tersendiri yang nilai sastra serta filosofisnya begitu eksotis buat diikuti.

Sekarang tokoh pewayangan yang pingin gw bahas adalah Semar, kenapa? Gak tau ya tapi menurut gw tokoh ini paling unik dan penuh dualisme. Semar berkepala Laki-laki tapi punya payudara dan pantat layaknya wanita, mulutnya selalu tersenyum tapi matanya meneteskan air mata, rambutnya yang kuncung kayak anak kecil tapi putih penuh uban, badannya berdiri tapi juga jongkok. Kalo yang gw pahami dari semua cerita yang pernah gw baca di buku-buku karya Pak Pitoyo Amrih konon Semar itu tokoh yang abadi, gak pernah mati dan selalu ada buat momong peradaban manusia biar setiap lelakunya selalu sejalan dengan petunjuk Yang Maha Kuasa.

Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.

Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah – yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar – mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
sumber

....
bumi gonjang-ganjing
langit kelap-kelap...
Semar, ngeja wantah!!!


Kurang lebih kayak gitu yang pernah gw denger dari Ki Manteb di TV dulu waktu gw masi SD. Tokoh Semar adalah perlambangan kebijaksanaan di cerita pewanyangan, tokoh yang selalu "momong" para raja dan ksatria sehingga bisa menempuh jalan hidup yang luhur. pertanyaan gw selama ini adalah "sapa dan kapan Semar dilahirkan?" karena di cerita Ramayana dan Mahabharata asli ga disebutkan adanya tokoh Semar, yang ada cuma Bathara Ismaya. Semar cuma ada di cerita pewayangan Jawa yang memang diidentikan/merujuk kepada seorang Dewa bernama Bathara Ismaya. Dulu gw pikir Semar cuma figur bikinan Kanjeng Gusti Sunan Kalijaga (pencipta wayang kulit) tapi pas liat di Wikipedia kok ada relief Semar di Candi Sukuh yang dibangun pada era ahir Majapahit? Terus tadi gw coba browsing dan ada penjelasan tentang pertanyaan gw di forumnya Kapan Lagi, threat-nya: sejak kapan semar muncul dlm budaya jawa? dan berikut penjelasannya...

Munculnya nama Semar

Nama Semar dikenal sejak jaman Prabu Syailendra yang merupakan raja dari kerajaan Jenggala. Munculnya legenda semar ini diawali dengan kisah dimana konon saat prabu syailendra berusia muda beliau sering sekali menerima wejangan2 yang didapat melalui proses supranatural atau yang dikenal dengan ‘wangsit’. Sebagai seorang raja pada masanya memang hal ini biasa dilakukan, wangsit yang didapat itu mengatas namakan “aku adalah semar” yang dengan bijaksana memberikan solusi atau sumbang saran atas permasalahan yang didapat, akan tetapi wujudnya tidak pernah nampak sehingga sang prabu ingin sekali melihat wujud Semar apa dan bagaimana bentuknya. Sebab wejangan yang diberikan selalu saja terbukti hal ini memperkuat keinginan sang prabu agar Semar maujud dan dapat duduk berdampingan sebagai penasehat Raja.

Akan tetapi hal ini tidak pernah menjadi kenyataan hingga sang prabu mangkat Semar tidak pernah maujud.

Dengan mangkatnya Prabu Syaelendra maka terjadi perebutan tahta kerajaan dengan ditandai timbulnya pemberontakan dimana-mana. Anehnya pada pemberontakan itu Semar dijadikan semboyan untuk menyatakan kesetiaan pada sang Prabu bahwa kendati beliau sudah mangkat mereka tetap akan menjaga keutuhan istana yang kini hanya tinggal petilasan di lereng gunung Dieng tepat di desa Punjul yang kerap ditemukan fosil-fosil dan tembikar yang terbuat dari perunggu

Hari, bulan dan tahun berganti Kerajaan Syaelendra terkubur ditelan alam dan nama Prabu Syaelendra tetap terukir dalam sejarah. Namun yang terjadi pada para ahli waris dan keturunannya semua terbius oleh keserakahan dan ambisi untuk menjadi pimpinan. Karena itulah tumbuh kerajaaan-kerajaan kecil bagai jamur dimusuhi hujan. Tetapi tetap semar dijadikan sebagai Dewa pelindung di tanah jawa yang pada saat itu menganut agama Hindu dan Budha. Meskipun Semar bukanlah Dewa !!.

Dari hasil pemujaan pada tempat-tempat yang dianggap suci maka disitulah mereka mengolah jiwanya untuk mendapatkan kekuatan dalam penyatuan alam sehingga mendapatkan wangsit bagaimana untuk mengarungi perjalanan hidup. Akan tetapi tidak semua mampu menganalisa wangsit tersebut sehingga akhirnya mereka menggunakan ritual yang tidak ada pada wangsit yang mengakibatkan munculnya ilmu-ilmu keturunan di tanah jawa, salah satunya adalah ilmu kebatinan.

Lain halnya bagi mereka yang mampu menganalisa wangsit yang diterima maka mereka dapat mengolah jiwanya sehingga timbul rasa percaya diri sebagai sumber kekuatan yang luar biasa. Dialah cikal bakal yang mampu menghalau musuh sehingga mampu menghalau musuhnya dengan meluluhkan hatinya dan musuh tunduk mengikuti perintah mereka. Mereka terus menganggap Semar sebagai pengayom sedangkan Semar tetap belum maujud namun sugesti yang dirasakan membuat nama Semar mengalir ke rongga tubuh hingga memancarkan suatu charisma.
sumber


satu relief Semar di Candi Sukuh yang merupakan candi era ahir Majapahit.

sedangkan di artikel lain Semar juga dijelaskan sebagai berikut...

ucapan mbah semar setiap kali mau mengawali dialog :

"mbergegeg, ugeg-ugeg, hmel-hmel, sak dulito, langgeng…"

(diam, bergerak/berusaha, makan, walaupun sedikit, abadi)

maksudnya daripada diam (mbergegeg) lebih baik berusaha untuk lepas (ugeg-ugeg) dan mencari makan (hmel-hmel) walaupun hasilnya sedikit (sak ndulit) tapi akan terasa abadi (langgeng).

sebuah pesan agar kita selalu bekerja keras untuk mencari nafkah walaupun hasilnya hanya cukup untuk makan namun kepuasan yg didapat krn berusaha tsb akan abadi.
Punakawan dan syi’ar islam

Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa arab Ismar. Dalam lidah jawa kata Is- biasanya dibaca Se-. Contohnya seperti Istambul menjadi Setambul. Ismar berarti paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada atau sebagai advicer dalam mencari kebenaran terhadap segala masalah. Agama adalah pengokoh/pedoman hidup manusia. Semar dengan demikian juga adalah simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat beragama.

Batara Semar

MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.

Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.

Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.

Yang bukan dikira iya.

Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.

Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.

Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:

tidak pernah lapar

tidak pernah mengantuk

tidak pernah jatuh cinta

tidak pernah bersedih

tidak pernah merasa capek

tidak pernah menderita sakit

tidak pernah kepanasan

tidak pernah kedinginan

kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.

Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti. Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.

Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta.

Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)nya. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta. Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin. Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.

Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.

Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.

Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.

Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada.

Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol, berkulit hitam yang bernama Semarasanta.

Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.

Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta, tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar, dan akhirnya tidak yakin, karena takut keliru. Itulah sesuatu yang belum jelas, masih diSAMARkan, yang digambarkan pada seorang tokoh Semar.

SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.

Semar dan Wahyu

Di dalam tulisan sebelumnya yang berjudul “Batara Semar,” telah dipaparkan bahwa Batara Semar atau Batara Ismaya, yang hidup di alam Sunyaruri, sering turun ke dunia dan manitis di dalam diri Janggan Semarasanta, seorang abdi dari Pertapaan Saptaarga. Mengingat bahwa bersatunya antara Batara Ismaya dan Janggan Semarasanta yang kemudian populer dengan nama Semar merupakan penyelenggaraan Illahi, maka munculnya tokoh Semar diterjemahkan sebagai kehadiran Sang Illahi dalam kehidupan nyata dengan cara yang tersamar, penuh misteri.

Dari bentuknya saja, tokoh ini tidak mudah diterka. Wajahnya adalah wajah laki-laki. Namun badannya serba bulat, payudara montok, seperti layaknya wanita. Rambut putih dan kerut wajahnya menunjukan bahwa ia telah berusia lanjut, namun rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak. Bibirnya berkulum senyum, namun mata selalu mengeluarkan air mata (ndrejes). Ia menggunakan kain sarung bermotif kawung, memakai sabuk tampar, seperti layaknya pakaian yang digunakan oleh kebanyakan abdi. Namun bukankah ia adalah Batara Ismaya atau Batara Semar, seorang Dewa anak Sang Hyang Wisesa, pencipta alam semesta.

Dengan penggambaran bentuk yang demikian, dimaksudkan bahwa Semar selain sosok yang sarat misteri, ia juga merupakan simbol kesempurnaan hidup. Di dalam Semar tersimpan karakter wanita, karakter laki-laki, karakter anak-anak, karakter orang dewasa atau orang tua, ekspresi gembira dan ekspresi sedih bercampur menjadi satu. Kesempurnaan tokoh Semar semakin lengkap, ditambah dengan jimat Mustika Manik Astagina pemberian Sang Hyang Wasesa, yang disimpan di kuncungnya. Jimat tersebut mempunyai delapan daya yaitu; terhindar dari lapar, ngantuk, asmara, sedih, capek, sakit, panas dan dingin. Delapan macam kasiat Mustika Manik Astagina tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa, walaupun Semar hidup di alam kodrat, ia berada di atas kodrat. Ia adalah simbol misteri kehidupan, dan sekaligus kehidupan itu sendiri.

Jika dipahami bahwa hidup merupakan anugerah dari Sang Maha Hidup, maka Semar merupakan anugerah Sang Maha Hidup yang hidup dalam kehidupan nyata. Tokoh yang diikuti Semar adalah gambaran riil, bahwa sang tokoh tersebut senantiasa menjaga, mencintai dan menghidupi hidup itu sendiri, hidup yang berasal dari Sang Maha Hidup. Jika hidup itu dijaga, dipelihara dan dicintai maka hipup tersebut akan berkembang mencapai puncak dan menyatu kepada Sang Sumber Hidup, manunggaling kawula lan Gusti. Pada upaya bersatunya antara kawula dan Gusti inilah, Semar menjadi penting. Karena berdasarkan makna yang disimbolkan dan terkandung dalam tokoh Semar, maka hanya melalui Semar, bersama Semar dan di dalam Semar, orang akan mampu mengembangkan hidupnya hingga mencapai kesempurnaan dan menyatu dengan Tuhannya.

Selain sebagai simbol sebuah proses kehidupan yang akhirnya dapat membawa kehidupan seseorang kembali dan bersatu kepada Sang Sumber Hidup, Semar menjadi tanda sebuah rahmat Illahi (wahyu) kepada titahnya, Ini disimbolkan dengan kepanjangan nama dari Semar, yaitu Badranaya. Badra artinya Rembulan, atau keberuntungan yang baik sekali. Sedangkan Naya adalah perilaku kebijaksanaan. Semar Badranaya mengandung makna, di dalam perilaku kebijaksanaan, tersimpan sebuah keberuntungan yang baik sekali, bagai orang kejatuhan rembulan atau mendapatkan wahyu.

Dalam lakon wayang, yang bercerita tentang Wahyu, tokoh Semar Badranaya menjadi rebutan para raja, karena dapat dipastikan, bahwa dengan memiliki Semar Badranaya maka wahyu akan berada dipihaknya.

Menjadi menarik bahwa ada dua sudut pandang yang berbeda, ketika para satria raja maupun pendeta memperebutkan Semar Badranaya dalam usahanya mendapatkan wahyu. Sudut pandang pertama, mendudukkan Semar Badranaya sebagai sarana phisik untuk sebuah target. Mereka meyakini bahwa dengan memboyong Semar, wahyu akan mengikutnya sehingga dengan sendirinya sang wahyu didapatkan. Sudut pandang ini kebanyakan dilakukan oleh kelompok Kurawa atau tokoh-tokoh dari sabrang, atau juga tokoh lain yang hanya menginkan jalan pintas, mencari enaknya sendiri. Yang penting mendapatkan wahyu, tanpa harus menjalani laku yang rumit dan berat.

Sudut pandang ke dua adalah mereka yang mendudukan Semar Badranaya sebagai sarana batin untuk sebuah proses. Konsekwensinya bahwa mereka mau membuka hati agar Semar Badranaya masuk, tinggal dan menyertai kehidupannya, sehingga dapat berproses bersama meraih Wahyu. Penganut pandangan ini adalah kelompok dari keturunan Saptaarga. Dari ke dua sudut pandang itulah dibangun konflik, dalam usahanya memperebutkan turunnya wahyu. Dan tentu saja berakhir dengan kemenangan kelompok Saptaarga.

Mengapa wahyu selalu jatuh kepada keturunan Saptaarga? Karena keturunan Saptaarga selalu mengajarkan perilaku kebijaksannan, semenjak Resi Manumanasa hingga sampai Harjuna. Di kalangan Saptaarga ada warisan tradisi sepiritual yang kuat dan konsisten dalam hidupnya. Tradisi tersebut antara lain; sikap rendah hati, suka menolong sesama, tidak serakah, melakukan tapa, mengurangi makan dan tidur dan laku lainnya. Karena tradisi-tradisi itulah, maka keturunan Saptaarga kuat diemong oleh Semar Badranaya.

Masuknya Semar Badranaya dalam setiap kehidupan, menggambarkan masuknya Sang Penyelenggara Illahi di dalam hidup itu sendiri. Maka sudah sepantasnya, anugerah Ilahi yang berujud wahyu akan bersemayam di dalamnya. Karena apa yang tersembunyi di balik tokoh Semar adalah Wahyu. Wahyu yang disembunyikan bagi orang tamak dan dibuka bagi orang yang hatinya merunduk dan melakukan perilaku kebijaksanaan. Seperti yang dilakukan keturunan Saptaarga.

Perwujudan Semar dalam Wayang Golek Sunda:


Bocah Bajang dan Semar

Bocah Bajang nggiring angin

anawu banyu segara

ngon-ingone kebo dhungkul

sa sisih sapi gumarang

Teks empat baris yang menggambarkan Bocah Bajang (anak yang tidak bisa besar atau cacat) tersebut merupakan salah satu Jineman atau lagu yang selalu dikumandangkan pada pegelaran Wayang Purwa, khusus untuk mengiringi munculnya tokoh Semar pada waktu goro-goro. Hal tersebut tidak secara kebetulan, tetapi merupakan sebuah ekspresi kreatif untuk menyampaikan sesuatu makna yang dianggap penting, melalui lagu Bocah Bajang dan wayang Semar.

Semar dan Dewa Ruci, keduanya merupakan gambaran Kesempurnaan yang tinggal dan hidup dalam manusia yang lemah dan cacat.

Tokoh Semar mempunyai sifat pribadi yang mendua. Ia adalah dewa bernama Batara Ismaya, yang manitis (tinggal dan hidup) pada seorang manusia cebol, berkulit hitam, bernama Ki Semarasanta. Bentuk wayangnya pun dibuat mendua: bagian kepala adalah laki-laki, tetapi payudara dan pantatnya adalah perempuan. Rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak, tetapi sudah memutih seperti orang tua. Bibirnya tersenyum menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan, tetapi matanya selalu basah seperti sedang menangis sedih. Oleh karena serba misteri, tokoh Semar dapat dianggap dewa, dapat pula dianggap manusia. Ya laki-laki, ya perempuan, ya orang tua dan sekaligus kanak-kanak, sedang bersedih tetapi dalam waktu yang sama juga sedang bergembira. Maka tokoh ini diberi nama Semar asal kata samar, yang berarti tidak jelas.

Sebuah dugaan, tokoh Semar dalam Pewayangan merupakan perwujudan dari kerinduan manusia dalam pengembaraannya menyelami yang Ilahi. Dikarenakan Hyang Maha Sempurna itu tidak kelihatan, tidak bisa diraba, jauh tak terbatas, dekat tidak bersentuhan, maka sulitlah untuk menggambarkannya. Oleh karena kekurangannya, kelemahannya dan cacat-cacatnya, manusia hanya dapat menggambarkan ketidakmampuannya menggambarkan yang Ilahi. Maka yang muncul kemudian adalah bentuk yang tidak sempurna. Lahirnya karya yang disengaja tidak sempurnya seperti wayang Ki Semarasanta atau Semar, merupakan sebuah konsep kerendahan hati, penyadaran diri dan keterbukaan pribadi akan kelemahannya, kekurangannya, cacat-cacatnya. Karena dengan sikap tersebut manusia diyakini mampu nglenggahake (menghadirkan dan mendudukkan) yang Maha Sempurna.

Selain tokoh Semar atau Ki Semarasanta, manusia cebol berkulit hitam yang dimaksudkan untuk nglenggahake kesempurnaan yaitu Bathara Ismaya, di pewayangan juga ada tokoh lain yang dibuat bajang, kerdil, untuk tujuan yang sama yaitu: Sang Hyang Pada Wenang dan Dewa Ruci.

Untuk menandaskan munculnya tokoh Semar atau Ki Semarasanta, manusia cacat yang berpribadi mendua, diiringi dengan lagu Bocah Bajang sedang membawa binatang piaraan yang mempunyai sifat mendua pula. Yaitu Seekor Kerbau, binatang yang bodoh dan tumpul otaknya, menggambarkan kelemahan manusia. Dan seekor Sapi Gumarang, binatang yang cerdas dan mempunyai tanduk sangat tajam, menggambarkan ketajaman manusia akan misteri Ilahi.

Dari paparan tersebut tokoh Semar yang diekspresikan ke dalam bentuk wayang dan tokoh Bocah Bajang yang di ekspresikan ke dalam lagu jineman, mempunyai inti makna yang sama. Ke duanya memberikan gambaran bahwa dalam diri manusia yang serba kekurangan, lemah dan cacat bertahtalah Yang Maha Sempurna.

Dalam usahanya mengharmoniskan antara sifat yang serba kurang, lemah dan cacat di satu sisi dan sifat yang serba sempurna di sisi yang lain, manusia membutuhkan perjuangan panjang, sepanjang umur manusia itu sendiri. Seperti Bocah Bajang nggiring angin dan nawu segara.

Semar, Gareng, Petruk, Bagong

Dalam perkembangan selanjutnya, hadirnya Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).

Tidak sedikit tulisan dan pendapat yang menguraikan tokoh panakawan. Diantaranya adalah bahwa tokoh panakawan adalah Dewa atau penguasa semesta alam yang ngejawantah menjadi manusia miskin untuk bekerjasama dan membantu usaha manusia agar dapat mencapai cita-cita luhur. Ada juga yang berpendapat bahwa kemunculan tokoh panakawan ini bersamaan dengan suatu gerakan kalangan bawah yang ingin menunjukan kekuatan rakyat yang sesunguhnya. Raja dan para bangsawan (ksatria) yang berkuasa, tidak akan pernah berhasil mengantar negerinya kearah kemakmuran dan kesejahteraan jika tidak didukung dan di emong oleh rakyat. Seperti yang digambarkan dalam cerita wayang bahwa yang berhasil dan menang dalam sebuah pergulatan mendapatkan ‘wahyu’ adalah tokoh yang senantiasa diikuti oleh panakawan.
sumber

dalam pencarian gw juga "nemu" suatu rajah bertuliskan Aksara Jawa dengan bentuk Semar:

Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma”, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.


masih dari artikel yang sama juga dijelaskan tentang sejarah "kelahiran" Semar:

Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.
Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.
. sumber

yang bikin gw kagum sama tokoh semar ternyata gak cuman dari segi penggambaran bentuk badannya yang penuh makna filosofis tapi juga kain atau jarik yang dipakaipun penuh makna. Adalah kain Parangkusumorodjo atau sama dengan memayuhayuning bawono yang berarti perlambang keadilan dan kebenaran di muka bumi (lihat post gw: Batik Tulis Keraton, A-Z!!!).

Dari sini baru tau gw kalo ternyata Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.

Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa. sumber

Semar adalah tokoh utama panakawan (oleh: Ki Ageng Mangir.)
arti dari panakawan adalah pana yang berarti bijaksana dan kawan berarti teman jadi artinya adalah teman yang bijaksana - bersama-sama ketiga anaknya yang bernama Gareng, Petruk, dan Bagong, secara umum dalam pewayangan digambarkan sebagai berikut :

1. Semar selalu muncul pada tengah malam pada pagelaran "wayang purwo / kulit" semalam suntuk yaitu setelah episode yang dinamakan "goro-goro" yang dalam "goro-goro" diceritakan terjadi banyaknya kekacauan dimuka bumi ini yang secara simbolik kemunculan Semar dan punokawan meredakan kekacauan tersebut.

2. Pada saat pemunculannya Semar sang Dalang akan bercerita bahwa: "Semar punika saking basa "samar", mapan pranyoto Kyai Lurah Semar punika wujudira samar. Yen den wastani jalu wandanira kadi wanita.Yen sinebat estri, dadapuranira teka pria. Pramila katah ingkang klentu mastani. Yen ta wonten ingkang hatanya menggahing sasipatanira hirung sunti mrakateni, mripat mrembes mrakateni, lan sak panunggalnipun sedaya sarwa mrakateni" yang terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia adalah: "Semar berasal dari kata samar. Memang sesungguhnya wujud dari Kyai Lurah Semar juga samar. Kalau dikatakan laki-laki wajahnya mirip wanita. Kalau disebut wanita perawakannya seperti laki-laki. Oleh karena itu banyak orang keliru menilai. Jika ada yang mencoba memerinci anggota badannya akan melihat hidungnya mancung seperti wanita yang mempesonakan, matanya yang basah juga mempesonakan, dan yang lain-lain-nya juga serba menarik perhatian".

3. Semar dan panakawan lainnya bukan berasal dari epic Ramayana dan Mahabharata sehingga banyak pakar yang menyimpulkan bahwa tokoh tersebut asli Jawa / asli Indonesia yang sudah ada sebelum agama Hindu dan Budha datang ke Indonesia.

4. Diceritakan asal usul Semar adalah dari telor yang :
a. Kulitnya menjadi Togog yang menjadi simbol hidup laksana kulit tanpa isi yang mementingkan duniawi semata oleh karena itu ia mengabdi pada raksasa sebagai simbul angkaramurka.
b. Putihnya menjadi Semar yang menjadi simbol hidup yang penuh kesucian yang mementingkan isi dari pada kulitnya. Ia selalu memihak kepada kebenaran dan keadilan dan meluruskan segala bentuk penyelewengan oleh karena itu ia mengabdi kepada raja dan ksatria utama.
c. Kuningnya menjadi Manikmaya yang mencerminkan kekuasaan karena itu ia dinobatkan menjadi rajanya dewa di Kahyangan "Junggring Salaka" sebagai Bhatara Guru.

Biarpun Semar itu manusia atau rakyat biasa yang menjadi panakawan para raja dan ksatria, tapi dia memiliki kesaktian yang melebihi Bhatara Guru yang rajanya para Dewa. Semar selalu bisa mengatasi kesaktian dari Bhatara Guru apabila ingin mengganggu Pendawa Lima yang dalam asuhannya.

Banyak arti simbolik dalam masalah ini yang penulis percayai mungkin mendekati kebenaran adalah :

Bhatara Guru dalam agama Hindu adalah Dewa Shiva yang dipuja oleh pemeluk agama Hindu, sedangkan Semar adalah tokoh asli Jawa / asli Indonesia yang mungkin juga dipuja saat sebelum kedatangan agama Hindu. Secara simbolik bisa diartikan bahwa existensi dari budaya atau nilai2 luhur dari Jawa kuno selalu akan bisa mengatasi dari pengaruh Hindu dan secara simbolik selalu memenangkan tokoh Semar terhadap tokoh2 dewa Hindu. Dan hanya dengan menerima tokoh Semar agama Hindu bisa berkembang di Indonesia.

Hal ini sekali lagi dibuktikan dengan apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga yang menggunakan senjata Puntadewa jamus "Kalimasada" sebagai transisi dari Hindu menjadi Islam yaitu dengan menimbulkan kisah hutan Ketangga yang mengisahkan pertemuannya dengan Puntadewa dan meng-Islamkan dengan menjabarkan jamus Kalimasada sebagai Kalimat Sahadat. Dan peng-Islaman masayarakat Jawa tidak melepas sama sekali tokoh yang sudah ada dari zaman sebelum Hindu dari sekarang seperti Semar yang perilakunya dijadikan teladan ataupun panutan masyarakat Jawa. Dan disadari oleh Sunan Kalijaga bahwa Islam hanya akan bisa diterima oleh masyarakat Jawa apabila kesenangan orang Jawa akan "wayang purwo / kulit" tidak diganggu yang sebetulnya kesenangan orang Jawa kepada "wayang kulit / purwo" bukan sekedar sebagai tontonon tapi suatu upaya pelestarian dari petuah atau etika atau budaya Jawa yang berumur sangat tua yang masih hidup sampai sekarang oleh karena itu wajah Islam di Jawa atau mungkin juga di Indonesia mempunyai ciri budaya yang berbeda dengan Islam di Saudi Arabia tanpa mengurangi makna Islam yang mendasar.

5. Dengan berjalannya waktu tokoh Semar dan panakawan diterjemahkan sebagai simbol kesederhanaan dari rakyat jelata, dikarenakan kehidupannya sebagai Lurah / Kepala Desa yaitu suatu jabatan kepemimpinan yang paling dasar/bawah dalam sistim pemerintahan yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat pedesaan pada masa lalu, tokoh Semar selalu berada diantara rakyat kecil dan kesederhanaannya telah membawa kepada sifat kearifan dan kesucian pandangan yang bisa memberikan pandangan yang lebih murni tanpa bias terhadap suatu permasalahan

sehingga bisa menangkap kebenaran seperti apa adanya. Oleh karena itu diceritakan dalam "wayang purwo/kulit" Semar selalu bisa mengatasi permasalahan yang tidak mampu diatasi oleh asuhannya Pendawa Lima ataupun para raja dan ksatria lainnya.

Contoh-contoh diatas adalah memberikan suatu gambaran bahwa tokoh Semar merupakan tokoh yang paling banyak mendapat sorotan interpretasi simbolik dikarenakan keunikan, kesamaran dan

ketidakjelasannya dan yang lebih lagi karena sebagai tokoh yang asli Jawa / asli Indonesia yang oleh cendikiawan ataupun budayawan Jawa dimasa lalu disisipkan dalam epic Ramayana dan Mahabharata dalam cerita "wayang purwo / kulit" tanpa harus merusak kisah kepahlawan yang ingin ditonjolkan bahkan malahan memperkaya nuansa etika yang lebih mendalam. Contoh-contoh diatas belum lagi membahas intepretasi tokoh Semar yang bersifat mistik yang penulis tidak akan bahas disini.

Semar dengan senjata ampuhnya "Kentut"

Diceritakan dalam pewayangan bahwa Semar mempunyai senjata yang sangat ampuh yaitu berupa "Kentut" dan hal ini yang penulis ingin bahas kandungan simbolik yang semata-mata adalah menurut keterbatasan pandangan penulis sendiri. Sebagai suatu kisah kepahlawanan "wayang purwo/kulit" tidak lepas dari kisah kesaktian senjata dari para pahlawannya untuk bisa memenangkan peperangan, seperti Arjuna dengan senjata panahnya Pasopati, Bima dengan kuku Pancanaka, Sri Kresna dengan Cakra dan sebagainya. Bahkan dalam pewayangan juga dimasukkan unsur keris yang nyata-nyata bukan senjata dari Hindia tapi asli dari Jawa. Tradisi memuja senjata ini berlanjut pada budaya/sejarah Jawa dengan pada masa-masa kejayaan kerajaan Hindu dan Islam seperti Ken Arok dengan keris Empu Gandring, Raja Balambangan dengan gada Besi Kuning, Panembahan Senopati dengan tombak Kyai Plered, dsb. Senjata sebagai alat memenangkan peperangan akan tetap penting artinya bahkan sampai pada masa kekinian seperti bagaimana Sekutu menggunakan senjata nuklir untuk memenangkan peperangan melawan Jepang. Juga dengan terjadinya perlombaan kecanggihan persenjataan pada masa perang dingin antara Rusia dan Amerika pada masa beberapa tahun yang lalu. Apabila senjata itu kita terjemahkan sebagai tools atau peralatan untuk memenangkan suatu peperangan ataupun persaingan, pengembangan peralatan ini tidak hanya terbatas kepada sesuatu yang bersifat phisik peralatan peperangan militer tapi juga menyangkut peralatan atau sumber daya (resources) untuk memenangkan persaingan dibidang bisnis dan politik. Sedangkan peralatannya atau tools bisa bervariasi dari penguasaan informasi, sistim, strategi, prosedur/peraturan, sumber daya manusia yang berkwalitas dsb.

Yang memerlukan kajian lebih lanjut kenapa Semar mempunyai senjata "Kentut" dan bukan senjata yang bersifat phisik seperti panah, pedang, tombak ataupun sejenisnya.

Beberapa sifat senjata "Kentut" nya Semar:


1. Kentut berasal dari dalam diri Semar sendiri, jadi senjata ini sifatnya adalah kekuatan yang muncul dari pribadi Semar bukan alat yang diciptakan atau dibuat.
2. Semar menggunakan senjatanya bukan untuk mematikan tapi lebih untuk menyadarkan. Dalam beberapa lakon/cerita pewayangan Semar menggunakan senjata "Kentut" nya melawan resi/raja/ksatria yang tidak bisa dikalahkan oleh Pandawa Lima yang akhirnya "badar" atau sadar
3. kembali pada perwujudannya yang semula, yang biasanya adalah Bhatara Guru, Bhetari Durga dsb.
4. Semar akan menggunakan senjata "Kentut" nya apabila para raja / ksatria asuhannya tidak bisa mengatasi masalah dengan cara yang konvensional / menggunakan senjata biasa.

Sebagai makna simbolik "Kentut" itu sendiri mempunyai sifat-sifat:
1. Selalu mempunyai nuansa bersuara dan berbau.
2. Biasanya baunya busuk atau tidak enak.
3. Jadi "Kentut" itu juga bisa berati suara yang berbau atau bernuansa kurang enak didengar maupun dirasakan.
Jadi kalau kita kombinasikan dengan dengan simbolik Semar sebagai suara "rakyat" kecil yang bercirikan kesederhanaan yang membawa kepada sifat kearifan dan kesucian pandangan yang bisa memberikan pandangan yang lebih murni tanpa bias terhadap suatu permasalahan sehingga
bisa menangkap kebenaran seperti apa adanya.
Maka senjata "Kentut" nya Semar adalah bisa punya arti simbolik suara "rakyat" yang menyuarakan kebenaran yang sifatnya memberikan kesadaran kepada para pimpinannya agar kembali pada jalan yang benar sehingga suaranya bagi sang pimpinan adalah suara-suara yang tajam dan tidak enak didengar dan kalau dirasakan sangat bau busuk karena keterus terangannya melaksanakan kritik yang cenderung untuk menyakitkan kalau dirasakan bagi sang pemimpin. Dan kenyataannya apabila rakyat sudah mengutarakan isi hatinya, apalagi kalau menyampaikan kemarahannya akan lebih dahsyat seperti laiknya "Kentut" Kyai Lurah Semar yang mau tidak mau pemimpin harus sadar untuk memperbaiki diri (atau kepemimpinannya sebetulnya tidak diakui oleh mayoritas rakyat dan rakyat mengakuinya semata-mata berdasarkan rasa takut).
Dalam kondisi kekinian, suara rakyat yang murni tidak terdengar dalam tata masyarakat Indonesai dikarenakan ada hambatan2 dalam penyampaiannya atau tidak ada kebebasan dalam menyuarakan pendapatnya/keinginannya (termasuk didalamya kemandulan media masa, lembaga perwakilan rakyat untuk dijadikan sarana rakyat menyatakan pendapatnya yang mungkin saja tidak sejalan dengan pendapat yang sedang berkuasa).
Sebagai akibatnya para pimpinan negara hanya mendengarkan suara-suara yang merdu dan enak didengar saja yang mungkin jauh dari kenyataan yang ada. Oleh karena itu "rakyat" mencari jalannya sendiri untuk menyuarakan hati nuraninya.

Kalau kita membaca Internet - seperti Indonesia-L - barangkali ini lambang "Kentut" nya Semar dengan segala suara yang tidak enak didengar ditelinga oleh para pimpinan Negara kita (kalau mereka baca Internet - mengingat accesnya yang masih terbatas di Indonesia) yang mungkin lebih mendekati realitas dan suara rakyat yang sebenarnya yang menghendaki keterbukaan dan kearifan para pimpinan Negara untuk menerima saran dan kritik agar melakukan perbaikan dan "badar" atau sadar kembali untuk menuju cita-cita masyarakat Indonesia yang adil makmur bagi semua rakyat (bukan buat sebahagian kecil rakyat yang dengan kedekatannya dengan kekuasaan mendapat kesempatan yang lebih dari yang lain)


Kesimpulan

1. Senjata "Kentut" nya Semar adalah secara simbolik bisa diartikan senjata pamungkasnya "rakyat" untuk menyadarkan pemimpinnya agar kembali kepada jalan yang benar yaitu etika berbudi luhur yang harus dipegang teguh.

2. Mencapai tujuan yang benar haruslah dengan cara yang benar, adalah sangat disayangkan apabila kita dipimpin oleh pimpinan yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (tanpa maksud untuk mengurangi nilai keberhasilan secara phisik yang telah dicapai selama ini).

3. Nilai-nilai luhur etika Jawa pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya selalu mengajarkan mencapai tujuan yang baik menuju Indonesia yang adil dan makmur harus dengan sekaligus mempraktekkan etika budi luhur agar terjadi Negara ideal yang "panjang-punjung", panjang berarti menjadi panutan negara lain, punjung berarti mempunyai kewibawaan yang tinggi. sumber


Referensi:
1. Ir. Sri Mulyono Djojosupadmo , Apa dan Siapa Semar, 1975,P.T. Gunung Agung
http://bharatayudha.multiply.com/