05/03/2010
Kebiasaan yang berlaku pada kita setiap kali terjadi ingar-bingar politik adalah kekhawatiran akan terganggunya kegiatan ekonomi. Kenyataannya persepsi bisnis terhadap Indonesia tidaklah terganggu. Keinginan untuk investasi tetap besar dan kegiatan di pasar modal berjalan seperti biasa dengan kecenderungan positif terhadap indeks harga saham gabungan.
Mengapa bisa seperti itu? Karena politik dan ekonomi merupakan dua kegiatan yang terpisah. Di Thailand yang paling ekstrem, politik selalu bergejolak luar biasa. Kabinet selalu silih berganti, tetapi perekonomian mereka berjalan normal.
Salah satu indikator demokrasi yang semakin sehat , adanya pemisahan antara politik dan ekonomi. Pada kita yang demokrasinya baru mulai, politik sering dipakai untuk menakut-nakuti karena paradigmanya masih belum bisa dilepaskan dari paradigma Orde Baru. Padahal Orde Baru selalu menebarkan ketakutan itu agar politik tidak diganggu gugat. Atas nama stabilitas, maka politik harus dikendalikan.
Yang bisa mengganggu kegiatan ekonomi bukanlah ingar-bingar politik, tetapi anarkisme. Sikap untuk memaksakan kehendak termasuk dengan menggunakan kekerasan, itulah yang lebih ditakutkan para investor. Stabilitas dalam konteks menghindarkan negeri ini dari anarkisme, itulah yang harus kita ciptakan.
Berbagai aksi kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, itulah yang patut kita waspadai. Apalagi ketika kita melihat apa yang terjadi di Makassar ketika aksi mahasiswa dibenturkan dengan aksi kelompok lainnya sehingga terjadi kerusuhan. Perang batu antarkelompok dan perusakan terhadap fasilitas pribadi maupun umum menciptakan ketakutan, karena itu bertentangan dengan esensi demokrasi.
Tugas dari semua pihak untuk bisa mengendalikan diri. Jangan biarkan kita larut dalam suasana emosi yang tidak terkendali, sehingga meninggalkan cara-cara yang beradab. Cara-cara penyelesaian perbedaan harus dilakukan melalui cara dialogis. Kalau pun tetap berbeda harus dihormati sebagai sebuah perbedaan, tanpa harus merusak hubungan antarpribadi.
Jujur pada kita masih kuat kebiasaan untuk membawa semua persoalan menjadi persoalan pribadi. Seringkali ketika kita berbeda pendapat dianggap sebagai sikap bermusuhan. Selalu kita dihadapkan kepada posisi “you are with me or you are againts me”.
Memang kedewasaan berpolitik tidak bisa sekali jadi. Kita masih dalam proses untuk mencapai tingkat kedewasaan seperti yang diharapkan. Namun dengan berjalannya waktu, kita pasti akan menjadi lebih dewasa,asal saja kita bersama berupaya untuk mendewasakan diri kita masing-masing.
Sekali lagi, kita tidak perlu khawatir terhadap kondisi perekonomian negara ini. Negeri ini terlalu menarik untuk tidak didatangi untuk investasi. Bukan hanya sumber daya alam yang melimpah yang bisa dijadikan aset, tetapi juga pasar yang mencapai 230 juta jiwa.
Perjalanan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wiryawan ke Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan tingginya minat investor untuk masuk ke Indonesia. Berbagai persoalan yang terjadi dengan Panitia Khusus Bank Century tidak dilihat sebagai persoalan yang menakutkan. Itu adalah bagian dari proses checks and balances yang merupakan bagian dari sistem demokrasi.
Yang jauh lebih penting menjadi perhatian kita adalah bagaimana menciptakan kepastian. Bagaimana investor tahu dengan pasti apa saja yang harus dipenuhi dan berapa lama proses perizinan akan bisa diselesaikan aparat. Bagaimana pemerintah bisa menyediakan infrastruktur yang memadai bagi kegiatan usaha. Bagaimana sistem perpajakan di Indonesia bisa kompetitif dengan sistem perpajakan di negara lain. Bagaimana ekonomi biaya tinggi benar-benar bisa dikurangi kalau tidak bisa dihapuskan.
Kalau saja investasi ke negara ini belum berjalan optimal, karena kita belum bisa memenuhi harapan para investor. Di kalangan pemerintah saja misalnya, masih ada perbedaan tajam antara perlu dan tidaknya kita memberikan tax holiday. Padahal negara tetangga kita sudah memberikan itu, karena mereka lebih mementingkan adanya kegiatan ekonomi agar masyarakatnya bisa lebih produktif.
Inilah tantangan terberat yang harus bisa cepat kita jawab. Bangun ekonomi seperti apa yang sebenarnya ingin kita tuju. Apa yang sebenarnya pilar utama yang menjadi kekuatan komparatif dan kompetitif negara ini. Seberapa jauh sebenarnya peran yang kita harapkan dari kalangan dunia usaha.
Kita harus juga segera meninggalkan sikap kita yang mendua terhadap kalangan dunia swasta. Di satu sisi kita mengharapkan hadirnya peran yang lebih aktif dari kalangan swasta, namun di sisi lain kita masih memiliki kecurigaan yang sangat tinggi kepada kalangan swasta. Seakan-akan swasta hanyalah pihak yang mencari untung saja, tanpa pernah mau menerima bahwa merekalah institusi yang paling besar menyediakan lapangan pekerjaan.
Kita bukan harus menganakemaskan kalangan swasta. Namun kita harus membangun suasana yang saling percaya agar semua usaha yang kita lakukan bisa mencapai hasil yang paling optimal untuk membawa perbaikan bagi perikehidupan rakyat banyak.
Tanggung kita bersama untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Kita harus menghindarkan anarkisme karena itu akhirnya akan mengimbas juga kepada kehidupan kita bersama.
Metro
No comments:
Post a Comment