Saturday, January 9, 2010

Berhenti Merokok Bisa Beresiko Diabetes

Tidak seorang pun meragukan bahwa berhenti merokok adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kesehatan Anda. Tapi sebuah penelitian terbaru oleh para peneliti Johns Hopkins menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek, berhenti rokok mungkin sebenarnya meningkatkan resiko diabetes.

Orang-orang yang berhenti merokok cenderung bertambah berat badannya, dan dengan pertambahan beberapa pound dapat membuat seseorang mengalami peningkatan resiko diabetes atau yang biasa disebut dengan kencing manis. Pada kenyataannya, resiko diabetes lebih tinggi bagi orang-orang yang berhenti sama sekali dari rokok daripada untuk orang-orang yang terus merokok – hanya dalam beberapa tahun pertama berhenti merokok, menurut penelitian Annals of Internal Medicine, 5 Januari 2010.

Setelah itu, resiko diabetes menurun dan hampir menghilang setelah 10 tahun, hasil dari temuan para peneliti.

Yang berhenti merokok harus berhati-hati tentang berat badan, olahraga, manajemen berat badan secara intensif dan melakukan cek glukosa darah, kata Hsin-Chieh Yeh, seorang asisten profesor bagian penyakit dalam dan epidemiologi di Johns Hopkins University. Selain itu, beberapa studi menunjukkan terapi pengganti nikotin seperti patch bisa membantu mempertahankan berat badan pasien, katanya.

Yang paling penting dalam hal ini, “jangan pernah memulai merokok,” kata Yeh. “Berhenti merokok memang baik, tetapi Anda perlu memantau berat badan Anda.”

Dalam studi penelitian terhadap hampir 10.900 orang dewasa usia menengah yang dilakukan selama 17 tahun, orang-orang yang berhenti merokok memiliki 70 persen peningkatan resiko diabetes pada enam tahun pertama mereka bebas dari rokok. Tetapi merokok juga merupakan faktor resiko untuk diabetes, kata peneliti. Selama periode yang sama, perokok memiliki 30 persen peningkatan resiko. Semakin banyak seseorang merokok dan semakin bertambah berat badan mereka, semakin tinggi resiko, para peneliti menemukan.

Dr. Kevin Ferentz, seorang ahli yang menangani masalah berhenti merokok di University of Maryland School of Medicine, mengatakan bahwa penelitian menegaskan apa yang ia lihat dalam praktiknya – sekitar sepertiga dari semua perokok yang berhenti memperoleh rata-rata 5-8 pounds. Bukan karena metabolisme yang melambat, katanya. Orang-orang yang berhenti merokok, makanan dijadikan pengganti rokok.

Untuk berhenti dengan berhasil, perokok memerlukan nasihat gizi dan perencanaan untuk mengatasi pemicu yang membuat mereka kembali kambuh, katanya. Ferentz mengingatkan yang berhenti merokok untuk mengunyah makanan ringan rendah kalori seperti wortel, seledri dan permen karet bebas gula.

“Kunci untuk berhenti merokok adalah persiapan,” katanya. “Analogi yang saya gunakan adalah berhenti merokok adalah sebuah ujian. Anda juga belajar untuk ujian dan ada kemungkinan besar Anda akan melewatinya, atau Anda tidak belajar dan ada kemungkinan besar Anda akan gagal.”

Dr Mansur Shomali, seorang spesialis diabetes di Union Memorial Hospital, mempertanyakan ruang lingkup penelitian. Peneliti tidak tahu pasti apakah kenaikan berat badan adalah satu-satunya penyebab resiko diabetes yang lebih tinggi. Orang-orang yang berhenti merokok (Quitters) mungkin sudah pada resiko tinggi untuk diabetes, jauh sebelum mereka mencoba untuk berhenti dari kebiasaan merokok, misalnya.

Kata Shomali, pasien yang merokok dan mengalami diabetes berada pada resiko lebih besar untuk masalah kardiovaskular yang berat.

“Kita kadang-kadang berpikir, pasien ini seperti bom waktu menunggu terjadinya serangan jantung atau stroke,” katanya. “Diabetes adalah buruk, merokok adalah buruk, terjadi keduanya jauh lebih buruk. Jika Anda berhenti merokok akan lebih baik untuk Anda dalam jangka panjang. Akan terjadi kenaikan berat badan dalam jangka pendek, tetapi Anda dapat mengontrol itu.”

sumber



kalo ini mah entah buta huruf entah bandel... kayaknya ga mungkin sarjana psikologi buta huruf yang pasti gw suka kok wece bandel, hahaha

No comments:

Post a Comment