"Piq, ni ada beras, di situ ada rice cooker. Tar sore tinggal beli lauknya kalo mau buka puasa,"
Gilang ngomong sementara mataku langsung melihat sebuah rice cooker putih dan mungil, di atas kulkas si Edi yang juga mungil. Bentuknya yang hampir bulat mengingatkan aku pada pesawat luar angkasa yang dipakai orang-orang Saiya, seperti pesawat super canggih milik Bejita di film Dragon Ball Z, film kesukaanku waktu kecil dulu sejak kelas 3 SD.
Dulu, tiap hari minggu berarti hari untuk nonton tv. Jam 6 dapat dipastikan aku dan yang lain sudah duduk di depan TV dengan sepiring nasi. Ada banyak serial kartun yang aku suka maupun tidak. Aku suka Dragon Ball Z, Doraemon, Bakabon, and masih banyak lagi. Tentang Dragon Ball Z, kayak Doraemon, serial ini begitu panjang. Dari kelas 3 SD sampe aku SMA film ini belom tamat juga. Dan ahirnya aku bosan. Bukan bosan sama ceritanya tapi bosan sama kelakuan stasiun tv swasta Indonesia yang suka mengulang-ulang episode sehingga ceritanya jadi tidak urut. Mentang anak-anak mau dibohongi, brengsek!
Kembali ke rice cooker bulat-putih di atas kulkas. Begitu kecil tapi sakti, bisa merubah beras menjadi nasi. Aku jadi inget Bang Jack, dia satu-satunya di rumah kami yang ga puasa, dia Protestan. Berarti gak susah lagi kalo mau makan siang, selama ini kalo menjelang bulan puasa gak ada warung makan yang buka siang hari, terpaksa yang non Muslim ikut jadi kelaparan. Itu baru di Aceh, belom kalo Indonesia jadi negara Islam. Makanya aku kurang setuju ma sebagian sodara kita yang gembar-gembor pingin mengislamkan negri ini, rasanya pingin lempar pake rice cooker, eh, sayang ah... Elpiji 3 kilo!
"Jadi pingin masak!!!"
No comments:
Post a Comment